Jangan Menunda Amal Baik!
Kisah Abdurrahman Penggali Kubur Damaskus
BANGGAI, OKENESIA.COM- Putri keempat Murad Husain, Wardhani Murad Husain tampil menyampaikan tausyiah di Tabligh Akbar yang dirangkaikan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1445 Hijriyah sekaligus peresmian Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Murad yang berlangsung di pelataran ponpes, Selasa (3/10/2023).
Ponpes Al-Murad didirikan oleh Yayasan Al-Murad yang dipimpin Sulianti Murad.
Di kesempatan itu, Wardhani senantiasa mengingat pesan ayahandanya Murad Husain. Dua pesan penting yang disampaikan sang ayahanda sebelum berpulang, yakni, mengingatkan anak-anaknya untuk membantu orang lain dan pesan kedua adalah jangan iri pada orang lain.
“Bantulah mereka. Saya menghimbau, jangan menunda-nunda amal baik, karena kita tidak tahu kapan ajal itu menjemput. Jangan sampai kita menyesal, minta dihidupkan kembali untuk bersedekah. Sekiranya, Engkau menunda kematianku, maka kesempatan itu akan digunakan untuk bersedekah. Makanya yg hidup janganlah sekali-sekali kamu menunda sedekah,” ajak Wardhani.
Sejatinya kata Wardha, menolong orang lain itu bukanlah menolong orang lain, akan tetapi sebetulnya menolong diri sendiri. Mereka yang telah mengeluarkan uang besar jangan merasa hebat, karena hakikatnya menolong diri sendiri. Itulah yang dibawa ke hari akhir.
Orang-orang tua terdahulu sebut Wardhani, menerjemahkan dengan tabur tuai. “Kamu tanam padi, kita tuai padi. Kamu tuai angin, kamu tuai badai,” ungkapnya.
Nah, keluarga Murad membangun pondok pesantren adalah langkah menolong Allah. “Membangun pondok, kita menolong Allah. Apakah Allah butuh pertolongan? Tentu tidak, kita diberi kesempatan untuk berbuat baik,” katanya.
Wardhani menukil sebuah kisah penggali kubur di Damaskus. Ini adalah kisah nyata, kisah penggali kubur, namanya Abdurrahman. Pemakaman di Daerah, Damaskus.
Ada dua kejadian tak terlupakan dialami Abdurrahman saat menguburkan jenazah.
Penguburan pertama, saat menunggu jenazah, Abdurrahman melihat kuburan itu menjadi besar, dan ada yang jemput kuda besar. Tetiba, Abdurrahman pingsan. Saat tersadar, ia menceritakan apa yang dilihatnya. Lalu, rekan-rekannya menyebut itu sebagai imajinasi.
Setelah beberapa hari, datanglah mayit yang akan dikuburkan. Seperti kejadian sebelumnya, Abdurrahman tak ingin pingsan. Kejadian serupa terulang, tiba-tiba liang lahat itu menjadi lebar, ada dua kuda yang datang menjemput.
Abdurrahman lalu mengejar ibu yang meminta untuk menguburkan dua jenazah itu. Dua mayit itu adalah anakku, jawab sang ibu. Abdurrahman mengakui bahwa ia mlihat keanehan saat menguburkan kedua anaknya. Abdurrahman menanyakan amalan apa yang telah membuat dua mayit seolah dipelakukan istimewa.
Sang ibunda menjawab. Pertama, anak yang meninggal pertama adalah santri. Dan mayit kedua adalah sang kakak, yang membiayai adiknya yang tengah belajar itu.
Mendengar jawaban itu, segera Abdurrahman berlari menuju Masjid Attaubah, Damaskus, untuk meminta imam masjid untuk mengajarinya mengaji. Sang imam meragukan keinginan Abdurrahman untuk mengaji, karena telah berusia 50 tahun. Buntut kegigihannya belajar, jadilah Abdurrahman menjadi ulama besar yang dikenal dengan Abdurrahman Alkhaffar atau Abdurrahman Sang Penggali. “Jika kamu menolong agama Allah, maka Allah akan menempatkan kedudukanmu,” ujar Wardhani.
Wardhani menutup dengan sebuah syair kepada Rasulullah, tentang kecintaan kepada Rasulullah SAW. (top)