Agresi Militer Israel Menewaskan 11.420 Warga Gaza & 29.000 Luka-Luka
JAKARTA, OKENESIA.COM- Agresi militer Pendudukan Israel sejak perang mulai dikibarkan tanggal 7 Oktober 2023 hingga Senin (13/11/2023), sudah puluhan ribu warga sipil Gaza dinyatakan syahid. Yayasan Persahabatan dan Studi Peradaban (YPSP) merilis laporan kondisi kesehatan dan kemanusiaan di Gaza.
Laporan kondisi kesehatan dan kemanusiaan di Gaza yang dirilis YPSP itu diterima Okenesia.com, Selasa (14/11/2023), sore.
Hingga hari ke 38 agresi militer Pendudukan Israel, warga Gaza yang dinyatakan syahid sudah mencapai 11.240. Sementara 29.000 mengalami luka-luka. Mereka yang dinyatakan syahid dan mengalami luka-luka itu buntut serbuan bom yang dijatuhkan angkatan udara Pendudukan Israel ke pemukiman-pemukiman padat penduduk. Warga Gaza yang selamat hanya mengalami luka itu, akibat serpihan bangunan gedung.
Mereka yang syahid sebagian besar dihantam bom yang dijatuhkan setiap harinya. Justru, hanya sebagian kecil saja yang meregang nyawa akibat tembakan pasukan darat Pendudukan Israel. Sebab, tentara Israel lebih banyak menyerang dari udara ketimbang perang darat.
Angka ini setiap harinya terus bertambah. Jumlah korban syahid dan luka-luka terus diperbaharui setiap hari sejak agresi militer Israel mulai tanggal 7 Oktober 2023. Informasi harian yang diterima YPSP itu langsung terhubung ke Gaza. Direktur YPSP, DR. Ahed Abu Al-Atta yang saat ini bermukim di Indonesia, merupakan asli warga Gaza, Palestina.
Dari jumlah 11.240 syahid itu, YPSP mencatat, 4.630 adalah anak-anak tak berdosa. Sebanyak 3.207 adalah perempuan dan 678 merupakan warga lanjut usia (lansia). Sepuluh 10 kematian di Rumah Sakit Al-Syifa, termasuk bayi premature.
Pendudukan Israel telah membantai 1.153 keluarga, 1.740 anak dan 1.760 lainnya dilaporkan hilang dan masih tertimbun di bawah puing-puing reruntuhan. Sementara, warga setempat tak punya alat berat untuk mengangkat puing-puing gedung yang hancur berantakan.
YPSP juga melaporkan kondisi fasilitas kesehatan. Terdapat 135 institusi kesehatan rumah, 25 rumah sakit gagal beroperasi, 52 pos kesehatan gagal beroperasi buntut tak ada bahan bakar untuk membangkitkan pembangkit listrik. Terdapat pula 55 mobil ambulans yang hancur akibat bom.
Serbuan ke fasilitas kesehatan yang sejatinya terlarang untuk diserang seperti ketentuan Hukum Humaniter Internasional menyebabkan petugas medis kehilangan nyawa dan mengalami luka. Sebanyak 198 paramedis gugur.
YPSP juga mencatat, pekerja media yang menjadi korban sudah 51 jurnalis tewas. Para jurnalis ini rupanya menjadi target serangan, karena dinilai memberikan gambaran faktual di lapangan yang kemudian menyampaikan ke dunia internasional atas kebiadaban Israel.
Agresi militer Israel menyebabkan jutaan penduduk Gaza mengungsi ke titik yang disebut aman oleh Israel. Padahal pada faktanya, saat pengungsi mencari tempat aman, para tentara Israel menembaki mereka di jalanan. Mayat-mayat bergelimpangan di Selatan Jalur Gaza yang disebut Israel sebagai tempat aman. Bahkan, pemerintah Pendudukan Israel menyarankan warga Gaza untuk mengungsi ke Selatan. Jumlah pengungsi mencapai lebih 1,5 juta warga. (lihat grafis)
Tak sebatas membombardir fasilitas kesehatan, pasukan Pendudukan Israel juga menjatuhkan bom di rumah-rumah penduduk. YPSP melaporkan bahwa jumlah unit perumahan yang berpenghuni rusak (rusak total dan sebagian) itu mencapai 250.000 lebih unit rumah.
Sekolah pun tak luput dari serbuan Pendudukan Israel. Setidaknya, terdapat 253 sekolah rusak parah, 63 sekolah benar-benar tidak dapat beroperasi sama sekali.
Kebiadaban tentara pasukan Pendudukan Israel rupanya tak berhenti sampai di situ, menghancurkan rumah penduduk berikut fasilitas kesehatan, tapi menghancurkan rumah ibadah hingga kantor pemerintah. Jumlah masjid, rumah ibadah kaum muslimin sudah 71 hancur total. Seratus lima puluh enam masjid rusak sebagian. Rumah ibadah penganut agama Kristen di Gaza juga menjadi sasaran serangan tentara Pendudukan Israel, meskipun jumlahnya kalah jumlah dengan masjid. Tiga gereja menjadi sasaran. Termasuk gereja tertua yang sudah berusia 500 tahun lebih dihajar bom Israel. Sembilan puluh empat kantor pemerintahan hancur.
Agresi militer ke Gaza disebut sebagai genosida atau tindakan pembantaian besar-besaran secara sistematis terhadap satu suku bangsa atau kelompok suku bangsa dengan maksud memusnahkan bangsa tersebut.
Bagaimana tidak disebut genosida, Pendudukan Israel dengan kebiadabannya memutus total listrik, memutus total pasokan air hingga penutupan perbatasan.
Tindakan penutupan perbatasan itu sekaligus menutup pasokan kebutuhan konsumsi warga Gaza. Sebelum perang berkecamuk, pasokan kebutuhan konsumsi berjalan dengan baik. Namun, setelah perang, jalur perbatasan ditutup. Artinya, menutup pasokan kebutuhan makanan yang biasanya dan sekarang pasokan beragam jenis bantuan dari berbagai negara luar yang berempati terhadap kondisi warga Gaza, kesulitan menembus.
Tindakan tentara pasukan Pendudukan Israel itu dengan pemboman dan penghancuran. Puluhan menara, kantor pemerintah, masjid, gereja, sekolah dan pasar padat penduduk terisolasi.
Laporan YPSP itu, selain mendapatkan informasi langsung melalui ponsel dari warga Gaza juga dikuatkan dengan laporan dari sejumlah lembaga internasional, semisal UNRWA dan Medic World Wide. (top)