Rumah Jurnalis & Keluarganya Menjadi Incaran Bom Militer Israel
JAKARTA, OKENESIA.COM- Hingga kini, jumlah korban dari kalangan jurnalis terus bertambah sejak perang genosida ‘Badai Al-Aqsha’ 7 Oktober 2023 lalu. Tak hanya jurnalis secara personal yang diincar, tapi anggota keluarganya pun tak luput dari incaman pengeboman maupun berondong peluru tajam.
Forum Jurnalis Palestina mencatat, militer Israel telah mengebom 77 rumah jurnalis dan keluarga mereka di Gaza. Beberapa di antaranya masih berada di bawah reruntuhan.
Forum jurnalis memantau tentara pendudukan Israel yang mengincar rumah jurnalis Palestina di Jalur Gaza dengan melakukan pengeboman dengan tujuan membunuh dan menghancurkan.
Pada Hari Kebebasan Pers Sedunia yang telah berlalu beberapa hari yang lalu, merupakan tanggal yang diharapkan secara universal akan menjadi tanda kemajuan dan perluasan kebebasan pers, namun dalam realitas pendudukan Israel, hal tersebut menjadi hari yang sangat menyedihkan di dunia.
Palestina sebagai akibat dari kejahatan dan genosida yang dilakukan oleh tentara pendudukan Israel terhadap rakyat Palestina pada umumnya dan terhadap situasi jurnalistik pada khususnya.
Baik perisai maupun gedung institusi atau rumah tidak mampu melindungi jurnalis.
Berdasarkan pantauan, dokumentasi, dan tindak lanjut di Komite Kebebasan Pers Forum Jurnalis, hingga Ahad (5/5/2024), 135 pekerja di sektor media Palestina syahid di Palestina, 134 di Jalur Gaza, dan seorang rekan di Tepi Barat.
Pendudukan Israel menargetkan 77 rumah jurnalis di Jalur Gaza dengan rudal pesawat dan peluru artileri dalam upaya mematikan untuk menghentikan dan membungkam kebenaran.
Semua orang meninggalkan kantor dan lembaga pers di gedung-gedung di Jalur Gaza, sekitar 86 di antaranya dihancurkan oleh rudal, dan tidak ada lagi keselamatan hidup di sana atau logistik yang cocok untuk bekerja setelah pemboman, dan bahkan para tetangga di Gaza.
Banyak rekan kerja yang menjadi martir di kantor mereka. Contoh: Hisham Al-Nawajha, Saeed Radwan Al-Taweel, dan Muhammad Sobh Abu Rizq.
Di lapangan, saat bekerja dan meliput, puluhan rekannya menjadi syahid akibat peluru militer Israel. Contoh: Muhammad Al-Rifi, Asim Al-Barsh, Yasser Mamdouh, Akram Al-Syafi’i, Muhammad Al-Salhi, Ibrahim Lafi, dan Muhammad Jaroun.
Mereka yang tidak terbunuh oleh rudal pesawat konvensional dibunuh oleh pesawat teknologi dan apa yang dikenal drone. Pesawat nir awak itu, sarat bom dengan bahan peledak tinggi ini menargetkan banyak jurnalis. Termasuk membunuh beberapa jurnalis dan melukai yang lainnya.
Contoh: Mustafa Al-Thuraya, Hamzah Al-Dahhouh, Ahmed Al-Barash, Amer Abu Omar, Abdullah Al-Hajj, Ahmed Matar, dan Samer Abu Daqqa.
“Apa yang kami sebutkan adalah salah satu alasan paling menonjol yang mendorong jurnalis untuk bekerja dari rumah, karena tidak ada lagi tempat yang aman, baik kantor pers, lapangan, atau bahkan sekitar rumah sakit. Tiga puluh tiga keluarga jurnalis membayar harga atas pekerjaan putra mereka dalam profesi ini dan dibunuh dengan bubuk roket dalam jumlah besar di dalam rumah mereka,” ungkap Forum Jurnalis Palestina dalam rilis yang diterima Okenesia.com, siang ini.
Beberapa hari yang lalu adalah Muhammad Bassam Al-Jamal bersama 4 orang keluarganya, Moein Ayyash bersama 20 orang keluarganya, Mustafa Al-Sawaf bersama 30 orang keluarganya, Muhammad Abu Hatab bersama 11 orang keluarganya, Adel Zoroub bersama 16 orang keluarganya, keluarga Salam Mayma, Abdullah Baris, Iyad Nasrallah, dan Abdullah Darwish.
Contoh mencolok dan menyakitkan dari jenis kejahatan ini adalah pembunuhan jurnalis Heba Al-Abadla di rumahnya di Khan Yunis, bersama sejumlah besar keluarganya, tanpa ada pihak yang berhasil mengeluarkan jenazah mereka dari bawah reruntuhan sejak akhir tahun lalu.
Puluhan jurnalis hidup dengan perasaan yang mengerikan ketika mereka melihat keluarga mereka dibunuh tanpa alasan selain karena mereka bekerja di profesi jurnalisme. Sebab, militer Israel menargetkan rumah mereka dan membunuh keluarga mereka saat mereka berada di luar rumah.
Forum Jurnalis Palestina mengungkap berbagai pembunuhan, seperti, keluarga jurnalis Hamza Al-Muqayd, Duaa Al-Baz, Abdel Qader Sabah, Anas Al-Sharif, Mahmoud Al-Louh, Wael Al-Dahdouh, dan Moataz Al-Azayzeh.
“Banyak jurnalis yang keluarganya mengalami luka berdarah dan kehilangan sebagian tubuhnya. Seperti keluarga jurnalis Muhammad Hamouda yang rumahnya dibom, istrinya kehilangan matanya, dan putranya Ahmed diamputasi,” ungkap Forum Jurnalis Palestina. (top/*)