6 Bulan Budidaya Lele, Alkaf Warga Dimpalon Hanya Terima Pendapatan Rp250.000

0

BANGGAI, OKENESIA.COM- Alkaf Lodik, warga Desa Dimpalon, Kecamatan Kintom, Kabupaten Banggai tak pernah mengira jika akhirnya bernasib tak mujur.

Alkaf merupakan salah satu penerima bantuan benih ikan lele jumbo program Satu Juta Satu Pekarangan (SJSP) Pemda Banggai tahun anggaran 2023.

Kepada pewarta, Alkaf yang ditemui di kediamannya didampingi istri mengaku, menyesal menerima program SJSP. “Kalau saya tahu begini, mendingan saya tidak terima ini program (SJSP),” tutur Alkaf, Kamis (20/6/2024).

Ia bercerita, tahun 2023 sekira bulan Mei, Alkaf bersama rekan-rekannya yang tergabung dalam sebuah kelompok mendapatkan program SJSP, yakni benih bibit lele jumbo. Dari 10 anggota kelompok, hanya tiga yang mendapatkan program tersebut. Alkaf salah satu penerima.

Alkaf mendapatkan 1.250 ekor bibit ikan lele. Tak hanya lele, fasilitas semisal terpal, papan hingga alat sirkulasi air juga ia dapatkan.

Dari situ, ia lalu membangun tempat budidaya tepat di samping rumahnya. Ia juga mendapatkan pakan 2 karung ukuran 50 Kg, ada pula EM4 (vitamin makanan ikan lele).

Setelah ia terlibat aktif sebagai pembudidaya, Alkaf akhirnya meninggalkan aktivitas kesehariannya sebagai pekebun.

Dalam kurun waktu sebulan lebih, lele berubah menjadi lele jumbo berukuran besar.

Bantuan pakan yang harganya mencapai Rp600 ribu per karung ukuran 50 Kg, tak mencukupi untuk kebutuhan pakan.

Nahas bagi Alkaf, lele miliknya tak kunjung didatangi pembeli. Bukan hanya kesulitan mendapatkan pembeli, tapi Alkaf tak bisa berbuat banyak, karena pakannya tak bisa dibelinya.

Ketika awal membudidaya, Alkaf mendapatkan beragam gambaran ‘surgawi’ bahwa akan menghasilkan pendapatan mencapai Rp4 jutaan lebih sekali panen. Digaransi pula, ikan lelenya akan tetap terjual.

Berharap akan terwujud, Alkaf benar-benar meninggalkan pekerjaannya dan fokus membudidaya Ikan lele.

Seingat Alkaf dan dibenarkan istrinya bahwa selama enam bulan membudidaya, mereka hanya mendapatkan sekira Rp250 ribu hasil jualan ikan lele.

Ketika datang pembeli, justru ukurannya dibatasi. Ikan lele ukuran kecil dan ukuran jumbo, malah tak diminati. Praktis, hanya ikan lele ukuran sedang.

Penghasilannya yang minim itu, karena saat ikan dijual harganya malah anjlok. Hanya berkisar Rp20 ribu per Kg. Namun, jumlah yang dibeli terbilang sangat sedikit. Bahkan, ia menjual dengan harga termurah sekalipun, asalkan ikan lelenya terjual. “Biasanya, orang di sini beli 1 Kg, saya kasih 2 Kg,” kenang Alkaf.

Akibat siklus penjualan yang tak normal itu, Alkaf memberi makan ikan lele itu dengan nasi dan kangkung.

Bantuan pakan hanya sekali diterima Alkaf ketika awal program dimulai. Setelahnya, ia tak mendapatkan bantuan pakan. Nasi dan kangkung jadi pilihan pakan ikan.

Setelah enam bulan membudidaya, Alkaf akhirnya menyerah. Semangat membudidaya ikan lele memudar setelah ikan lele sekira 200 ekor mati. Ikan-ikan itu pun ia buang di laut yang berada di belakang rumahnya.

“Kalau ada pembeli, saya lanjutkan terus. Cuma tidak ada pembeli. Kalau ini berhasil, saya bikin permanen (kolam),” ungkap Alkaf.

“Tidak ada pendampingan. Pertama, kami diberi tahu, kalau sudah besar (ikan lele) digaransi akan dibeli. Hanya sebulan lebih panen, sudah dirincikan dengan harga Rp30 per Kg. Mereka datang dua kali meninjau dan membeli dengan harga Rp20 ribu per Kg,” tambah Alkaf.

Ukuran tempat budidaya 3×4 meter. Terpal dijadikan sebagai kolam yang ditopang dengan papan dan kayu sebagai penyanggah. Tinggi kolam berkisar semeter.

Saat wartawan media ini mengunjungi Alkaf, ia memperlihatkan terpal yang dijemur di samping rumahnya. Papan dan kayu sudah disimpannya.

Praktis, sekira November 2023, Alkaf tak lagi membudidaya. Ia kembali berkebun setelah enam bulan meninggalkan pekerjaannya. (top)

 

Comments
Loading...