Madcholil, Pencipta Lambang Kabupaten Banggai Yang Terlupakan
BANGGAI, OKENESIA.COM- Tahukah anda siapa pencipta lambang Kabupaten Banggai? Dia adalah Madcholil. Sayangnya, di setiap momen perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Banggai yang diperingati tanggal 8 Juli setiap tahunnya, Pemda Banggai belum pernah mengumumkan perancang logo kabupaten bermotto ‘Momposaangu Tanga Mombulakon Tano’.
Madcholil telah berpulang ke Rahmatullah pada tahun 1997 di usianya yang ke 60. Lahir di Lawang, Jawa Timur tahun 1937, merupakan seorang Guru Bahasa Inggris di PGA Luwuk. Pria bertalenta itu memimpin sanggar seni yang diberi nama Sanggar Kelana.
Orosinalitas logo Kabupaten Banggai hasil ciptaan Madcholil masih bisa ditemukan melalui putrinya, Wiwik Widyawati Madcholil. Wiwik, merupakan guru di SMP Negeri 6 Luwuk. Meskipun hingga saat ini, Pemda Banggai belum mengukir dalam tinta emas bahwa Madcholil sang pencipta logo Kabupaten Banggai.
Wiwik yang ditemui pewarta di Ruang Guru SMP Negeri 6 Luwuk, Senin (8/7/2024) bertepatan dengan HUT ke 64 Kabupaten Banggai menceritakan sekilas hasil karya ayahandanya mendesain logo.
Bahkan, untuk membuktikan orisinalitas logo, Wiwik mengundang pewarta ke kediamannya yang tak jauh dari SMP Negeri 6 Luwuk. Arah kediamannya sejurus dengan sekolah tempatnya mengajar.
Bukan hanya sebatas menceritakan falsafah logo tersebut, Wiwik menunjukkan pula tulisan tangan dan ketikan mesik ketik asli Madcholil semasa hidupnya yang mengisahkan tentang arti dan makna dalam kandungan logo tersebut.
Sejak Kabupaten Banggai terbentuk pada tahun 1960, belum ada logo. Praktis, logo Kabupaten Banggai yang ada sekarang tercipta pada tahun 1968, atau delapan tahun kemudian.
Wiwik mengisahkan bahwa pada tahun 1968, saat itu ayahandanya Madcholil sedang melaksanakan tugas mengajar di PGA Luwuk. PGA Luwuk itu saat ini telah menjadi komplek perguruan Muhammadiyah, di situ pula Universitas Muhammadiyah Luwuk berdiri.
Saat sedang mengajar, datanglah beberapa anggota Kores Banggai (saat ini berubah menjadi Polres Banggai) atas perintah Danres (Komandan Resort) Banggai, A. Kaparang. Kedatangan anggota Kaparang ini membuat Madcholil ketakutan. Di hadapan anggota Kores Banggai, Madcholil mengaku, tak membuat kesalahan apapun. Namun, rupanya bukan ditangkap, tapi anggota Kores Banggai itu meminta Madcholil untuk menghadap Danres Banggai, A. Kaparang.
Oleh Danres Banggai, Madcholil diminta untuk mendesain pataka untuk Kores Banggai. Karena tak mengenal secara keseluruhan Kabupaten Banggai yang saat itu masih tergabung Kabupaten Banggai Kepulauan dan Kabupaten Banggai Laut, Madcholil meminta Danres Banggai untuk mengundang sesepuh daerah ini.
Atas permintaan Madcholil, Kaparang mengundang S.A Amir (tomundo). Dari pertemuan bersama Danres Banggai, Syukuran Aminudin Amir (S.A Amir) menggelar pertemuan atau semacam sarasehan di Batui.
Dari Luwuk, Madcholil bersama Danres Banggai, Kaparang, S.A Amir, Usmar Makmur (penulis), Pon Lengkas (sopir) berangkat menuju Batui. Dari Batui, logo pataka mulai tercipta desainnya meskipun belum terasa lengkap.
Logo pataka itu dasarnya adalah perisai merah sebagai lambang keberanian, hiasan maleo bermakna cita-cita membumbung tinggi, Gunung Tompotika bermakna kekokohan dan mengandung mistis. Garis lintang, warna kuning, netral bermakna bahwa warga Kabupaten Banggai dapat membaur dengan pendatang. Warna laut dan darat, yakni Kabupaten Banggai terdiri dari warga yang berada di laut (Kabupaten Banggai Kepulauan dan Banggai Laut), penghasil mutiara dan didarat menjulang pohon kelapa. Sebelah kiri, padi dan kapas, bermakna kemakmuran.
Di bawahnya tertulis Mongkulibang di atas pita. ‘Mongkulibang’ artinya mengolah kelapa. Tulisan ‘mongkulibang’ inilah yang kini berganti menjadi tulisan Kabupaten Banggai.
Ada cerita menarik di balik penempatan burung Maleo. Wiwik menyebut bahwa ayahandanya, Madcholil belum mengenal warna dan bentuk burung endemik yang satu ini. Saat itulah, Danres Banggai, A. Kaparang memerintahkan bawahannya untuk menangkap burung Maleo dalam keadaan hidup maupun mati.
Tak berselang lama ketika rombongan mobil yang ditumpangi Madcholil tiba di Luwuk, datang pula Burung Maleo dalam keadaan hidup, namun burung itu kehilangan dua bola matanya. “Tiba di Luwuk, datang juga Maleo, masih hidup walaupun kehilangan matanya, karena tertembak peluru,” kisah Wiwik sembari tertawa.
Logo itu akhirnya menjadi pataka Kores Banggai yang dibawa ke Poso. “Setelah dari sana (Poso), pataka itu tidak kembali. Setelah dibahas di dewan, pembentukan Kabupaten Banggai dengan lambangnya, ternyata pataka itu yang dipakai,” cerita Wiwik.
Perubahan itu hanya terletak di padi dan kapas. Di pitanya yang tertulis Mongkulibang berganti menjadi Kabupaten Banggai.
Logo pataka itu dibuat dua lembar. Satunya untuk Kores Banggai dan satunya disimpan. Dokumen peninggalan ayahandanya tersimpan rapi di kediaman Wiwik. Oleh saudara-saudaranya, Wiwik dipercayakan untuk menyimpan dokumen itu.
Wiwik juga bercerita bahwa saat ia masih duduk di bangku madrasah tsanawiyah sekira tahun 1985, gurunya sering menanyakan kepada siswanya tentang siapakah pencipta logo Kabupaten Banggai. Sang guru itu menyampaikan bahwa pencipta logo itu adalah Madcholil seraya menunjuk Wiwik sebagai anak pencipta logo.
Madcholil memiliki 13 anak dari dua istri. Istri pertama, Madcholil memiliki 11 anak dan istri keduanya, 2 anak. Wiwik merupakan anak kedelapan dari 11 bersaudara.
Hingga saat ini, Madcholil belum pernah diakui sebagai pencipta logo Kabupaten Banggai. Bahkan, Kabupaten Banggai yang sudah berusia 64 tahun, tidak pernah disentil atau disebutkan bahwa Madcholillah pencipta logo Kabupaten Banggai.
Selamat HUT ke 64 Kabupaten Banggai. Eitsss, jangan lupakan sejarah siapa pencipta logo Kabupaten Banggai ya! (top)