Pemda Banggai Daftarkan Durian Asaan dan Nambo Sebagai Komoditi Unggulan Khas Daerah
BANGGAI, OKENESIA.COM- Upaya Pemda Banggai mendaftarkan varietas unggulan daerah ke Kementerian Hukum dan HAM patut diacungi jempol. Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Banggai menggandeng Badan Riset Nasional (BRIN) kerja sama mengembangkan komoditi unggulan lokal untuk dilakukan riset.
Meskipun riset dilakukan oleh peneliti BRIN, namun lokusnya ada di Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Banggai. “Alhamdulillah sudah seminar awal. Varietas unggulan lokal yang dilakukan riset itu adalah Durian Asaan, Durian Nambo, Salak Pondo dan Kelapa Babasal,” tutur Kepala Bidang Hortikultura, Dinas TPHP Banggai, Choirul Ashari Mambuhu kepada pewarta di Kantor Dinas TPHP Banggai, Senin (2/9/2024).
Salak pondo sebut Irul-sapaan karib Choirul, berasal dari Jawa Timur, hanya saja rasanya sudah berbeda.
Irul menguraikan alasan komoditi lokal tersebut didaftarkan. “Kenapa dilakukan riset? Pak bupati menghendaki komoditi lokal itu dilindungi. Jangan sampai diklaim, seperti pisang Louwe, yang diklaim Gorontalo. Kita tidak bisa lagi mengklaim pisang Louwe sebagai komoditi lokal,” kata dia.
Pemda Banggai menghendaki bahwa kebijakan daerah itu berbasis riset. Itulah sebabnya, Pemda Banggai melalui BRIDA Banggai menggandeng peneliti BRIN untuk melakukan riset komoditi lokal.
Pendaftaran komoditi unggulan lokal itu di hak intelektual melalui indikasi geografis komoditi unggulan lokal. “Sudah didaftarkan di Kemenkum HAM. Lokusnya di TPHP, jadi kami terlibat di dalamnya,” ungkap dia.
Syarat pendaftaran, salah satunya karakteristik. Yakni, daun, buah serta rasanya harus berbeda. “Kami baru lakukan seminar awal, akan ada seminar lanjutannya. Seminar akhir November. Kalau sudah berbuah, seperti durian, akan ada identifikasi,” tutur Irul.
Tujuannya, apabila sudah terdeskripsi varietasnya, bisa jadi unggulan nasional. Hanya saja, pengakuan nasionalnya setelah tiga tahun.
Peneliti BRIN katanya, memilih pohon indukan. Setelah ditentukan pohon indukan, pemilik tanaman itu ditegaskan untuk tidak ditebang. Pemiliknya, akan mendapatkan kompensasi.
Karena pohonnya semakin terbatas, makanya harus dilindungi. “Setelah dilakukan penelitian, durian itu banyak variannya. Oleh peneliti BRIN itu luar biasa, ada rasanya seperti mentega. Struktur kondisi tanah kita yang berbeda, makanya cita rasanya berbeda pula. Rasanya berbeda, ada kuning pucat, mentega dan varian lainnya. Durian Nambo dan Asaan,” urainya.
Jika program ini berlanjut, maka Pemda Banggai akan memperbanyak dengan cara sambung samping. Masyarakat tentu akan diberdayakan.
Diakui Irul, selama ini, petani masih mengembangkan dengan cara tradisional. Padahal, ada strategi dengan cara sambung samping.
“Kalau jadi komoditi unggulan nasional, maka akan diperbanyak melalui Kementerian Pertanian. Kebijakan daerah itu berbasis riset,” ungkap Chairul Ashari Mambuhu. (top)