Rayakan Hari Bumi, PEP DMF Berdayakan Masyarakat Adat di Kokolomboi

0

BANGGAI KEPULAUAN, OKENESIA.COM- Pertamina EP Donggi Matindok Field (PEP DMF), bagian Zona 13 Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina, merayakan Hari Bumi di wilayah dusun Kokolomboi, Desa Leme-leme Darat, Kecamatan Buko, Kabupaten Banggai Kepulauan. Kegiatan itu berlangsung dua hari sejak Senin hingga Selasa, 21-22 April 2025.

Perayaan Hari Bumi yang diisi beragam acara semisal Fun Camping, penanaman pohon, hingga penjelajahan hutan untuk melihat-lihat satwa endemik tersebut diikuti puluhan peserta didik dari SMA Kristen Bukit Sinai Bulagi Utara dan SMA Negeri 1 Buko, insan pers, masyarakat Desa Leme-Leme Darat, hingga para pemangku kepentingan di Kecamatan Buko, Kabupaten Banggai Kepulauan.

“Hari Bumi dirayakan setiap tahun untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga lingkungan dan memperingatkan bahaya kerusakan ekologis, termasuk deforestasi, polusi, dan perubahan iklim. Hari ini menjadi momen untuk menghargai kontribusi masyarakat adat dalam pelestarian alam dan mengingatkan perlunya mendukung hak-hak mereka,” ucap Field Manager PEP DMF, Ridwan K Demak, dalam pembukaan kegiatan Fun Camping.

Disebutkan, peringatan Hari Bumi yang diisi dengan pelbagai kegiatan positif tersebut merupakan satu bentuk komitmen perusahaan untuk mendukung dan mewujudkan keberlangsungan lingkungan. PEP DMF, sejak tahun 2021 telah melaksanakan program pemberdayaan masyarakat adat Togong Tanga, yang merupakan suku asli Sea-Sea, melalui program inovasi sosial untuk mengatasi deforestasi hutan yang mengakibatkan degradasi lingkungan.

Sebelum dilakukan pemberdayaan, alih fungsi hutan terjadi untuk pembukaan area perkebunan, pemukiman dan juga pembangunan jalan. Eksploitasi secara berlebihan yang dilakukan masyarakat, termasuk dengan mengambil kayu, rotan, hingga berburu binatang di hutan juga memperparah degradasi. Masyarakat adat Togong Tanga bahkan memiliki sistem yang disebut “Tamakonya” yang menjadi ritual adat mereka sebelum melakukan penebangan pohon.

Menurut data Pemerintah Kabupaten Bangkep, sebesar 144,86 hektare kondisi lahan di kawasan hutan sangat kritis. Sementara berdasarkan data Pemerintah Desa, 15,05% dari penduduk Desa Leme-leme Darat adalah penduduk pra sejahtera. Mereka memenuhi kebutuhan hidupnya melalui kegiatan pertanian dengan sistem ladang berpindah, illegal logging, merambah hutan, dan berburu satwa baik untuk kebutuhan komersil maupun konsumsi pribadi.

Hingga akhirnya, upaya perbaikan pun dimulai lewat dukungan penuh dari pihak PEP DMF dan intervensi pemerintah daerah, yang di antaranya ialah dengan melakukan pemantauan berbasis komunitas, pengembangan hutan adat, festival tradisional berskala internasional, serta pengembangan ekowisata. Dampaknya pun tidak main-main. Sebab masyarakat adat Togong Tanga kini tidak hanya dapat menjaga kelestarian alamnya, melainkan juga dapat berperan dalam menjaga dan memahami setiap spesies yang ada di kawasan hutan Kokolomboi.

“Masyarakat adat punya pengetahuan tradisional dan praktik berkelanjutan dalam mengelola sumber daya alam, tapi sayangnya peran mereka malah seringkali terpinggirkan. Padahal mereka adalah perpustakaan hidup yang justru mengemban tugas jadi penjaga rumah mereka. Masyarakat Adat Togong Tanga menjadi bukti bahwa keberadaan mereka bisa membantu upaya konservasi, khususnya mengatasi pelaku illegal logging,” jelas Ridwan.

Ihwal pemberdayaan masyarakat adat yang diungkapkan Field Manager PEP DMF itu pun diakui warga. Salah satu warga dusun Kokolomboi, Labi Mopok, saat ditemui di lokasi kegiatan Fun Camping mengungkapkan bahwa perubahan pola hidup masyarakat Kokolomboi terbentuk setelah adanya intervensi pemerintah dan juga program Pertamina EP DMF dalam pelestarian lingkungan. Masyarakat adat yang sebelumnya bertani dan berburu, kini mengubah pola hidup mereka dengan tidak memburu satwa endemik.

“Pendampingan dari Pertamina EP DMF sejak 2021 membuat kami paham apa yang harus dilakukan. Ternyata, dengan menjaga kelestarian alam dan satwa endemik kehidupan perekonomian kami meningkat,” ungkap Labi, Senin, 21 April 2025.

Masyarakat adat di Kokolomboi juga diberikan alat untuk mengolah lebah madu. Ini adalah salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program PEP DMF ini ternyata mendorong kegiatan ekonomi dalam budidaya lebah dan wisata minat khusus. Budidaya lebah madu menjadi salah satu upaya rehabilitasi kawasan hutan mengingat peran lebah sebagai pollinator yang membantu penyerbukan tanaman di sekitar kawasan.

Selain itu, budidaya lebah madu ini juga menjadi mata pencaharian masyarakat dari yang sebelumnya menjual kayu hasil hutan dan berburu satwa. Petani madu yang terlibat di dalam kawasan Taman Kehati Kokolomboi mencapai 10 orang dengan kemampuan panen sebesar 800-1200 liter per tahun. Kelompok tani madu Kokolomboi turut melibatkan petani madu di luar kawasan untuk memenuhi permintaan pasar, dan hingga saat ini, sebanyak 245 anggota telah terafiliasi dengan kemampuan produksi sebesar 8400 liter per tahunnya.

Dampak program pemberdayaan PEP DMF tidak berhenti di situ, sebab kini dusun Kokolomboi menjadi salah satu destinasi wisata bagi para peneliti nasional dan mancanegara. Berdasarkan rangkuman data yang dibuat oleh Pengelola Taman Kehati Kokolomboi, tercatat sebanyak 453 wisatawan domestik dan lebih dari 60 wisatawan internasional dari 22 negara datang berkunjung. Dan kunjungan itu memberikan pendapatan tambahan bagi masyarakat sekitar sebagai penyedia jasa lingkungan dengan ketentuan tamu domestik sebesar Rp60 ribu per orang per hari dan tamu asing Rp200 ribu per orang per hari.

Kontribusi masyarakat adat Togong-Tanga dalam menjaga hutan tetap lestari turut mendukung capaian Sustainable Development Goals tujuan 13 Penanganan Perubahan Iklim melalui kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta tujuan 15 Ekosistem Daratan melalui upaya perlindungan, restorasi, dan meningkatkan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem daratan, mengelola hutan secara lestari, menghentikan penggurunan, memulihkan degradasi lahan, serta menghentikan kehilangan keanekaragaman hayati.

Sebagai tambahan, jarak Dusun Kokolomboi dari pusat pemerintahan Desa Leme-leme Darat, Kecamatan Buko, sekitar 4 kilometer, 120 kilometer dari pusat Kabupaten Banggai Kepulauan, dan berjarak 674 kilometer dari pusat pemerintahan Provinsi Sulawesi Tengah. Secara geografis, Desa Leme-leme Darat berada di Pulau Peling bagian barat yang berada 2 meter di atas permukaan laut, sementara Dusun Kokolomboi berada di ketinggian 600 meter di atas permukaan laut. Desa Leme-leme Darat ini memiliki luas keseluruhan 600 hektare dengan luas pemukiman 8,5 hektare. (zul/*)

Comments
Loading...
error: Content is protected !!