JAKARTA, OKENESIA.COM- Pangkalan Udara Al Udeid menjadi salah satu pangkalan militer terpenting Amerika Serikat di luar negeri. Terletak di barat daya ibu kota Qatar, Doha, pangkalan ini memainkan peran strategis sebagai pusat komando dan pengendali operasi militer AS di kawasan Teluk dan Timur Tengah yang rawan konflik.
Demikian informasi dikutip dari islamicgeografic, Selasa (25/6/2025).
Dibangun dengan dukungan penuh dari pemerintah Qatar, Al Udeid secara resmi dibuka pada tahun 2005, meskipun beberapa fasilitas awalnya telah digunakan sejak awal tahun 2000-an. Dengan jarak tempuh udara yang ideal ke wilayah-wilayah panas seperti Iran, Irak, Afghanistan, Suriah, dan Yaman, pangkalan ini berfungsi sebagai jantung operasi udara dan logistik militer Amerika di kawasan tersebut.
Al Udeid saat ini menjadi markas utama bagi operasi udara Komando Pusat Amerika Serikat (CENTCOM), yang mengawasi operasi militer AS di seluruh Timur Tengah dan Asia Tengah. Dari pangkalan ini, berbagai misi militer penting diluncurkan dan dikoordinasikan, termasuk:
Operasi udara di Afghanistan, Irak, dan Suriah, khususnya dalam perang melawan kelompok ISIS sejak 2014.
Misi pengintaian dan intelijen strategis terhadap pergerakan militer Iran di kawasan Teluk.
Operasi pengisian bahan bakar di udara untuk mendukung mobilitas pesawat tempur dan pengintai AS serta negara koalisi.
Koordinasi sistem pertahanan udara regional, termasuk integrasi dengan pangkalan militer AS di Bahrain, Kuwait, dan Uni Emirat Arab (UEA).
Pangkalan ini memiliki landasan pacu sepanjang lebih dari 4,5 kilometer yang terpanjang di kawasan Teluk, mampu menangani berbagai jenis pesawat, mulai dari jet tempur hingga pembom strategis dan pesawat angkut berat.
Lebih dari 10.000 personel militer Amerika Serikat ditempatkan di Al Udeid, ditambah kontingen dari Angkatan Udara Kerajaan Inggris.
Beberapa sistem senjata dan peralatan yang beroperasi di pangkalan ini meliputi:
Pesawat F-15 Eagle, F-22 Raptor, dan B-52 Stratofortress, termasuk pesawat pengintai seperti RC-135 dan Global Hawk.
Sistem pertahanan udara canggih, termasuk Patriot dan Terminal High Altitude Area Defense (THAAD).
Pusat komando dan kendali digital, menjadikan Al Udeid sebagai salah satu instalasi komando tercanggih di dunia.
Selama lebih dari dua dekade, Al Udeid berperan sentral dalam hampir semua operasi militer besar AS di kawasan, termasuk:
Perang Irak tahun 2003, sebagai basis peluncuran serangan udara.
Operasi Inherent Resolve melawan ISIS di Irak dan Suriah sejak 2014.
Pengawasan terhadap aktivitas militer Iran di Selat Hormuz dan Teluk Arab.
Penguatan kehadiran militer AS dalam merespons ketegangan dengan Iran, termasuk rotasi pasukan dan penempatan sistem rudal pertahanan.
Pembangunan Al Udeid tidak hanya mencerminkan hubungan erat Qatar–Amerika Serikat, tetapi juga strategi Doha dalam memperkuat perannya sebagai mitra keamanan utama AS di kawasan. Meski pernah mengalami ketegangan diplomatik dengan negara-negara Teluk lainnya, Qatar tetap menjaga kerja sama militernya dengan Washington.
Dalam berbagai pernyataan resmi, pejabat militer AS menyebut Al Udeid sebagai “kunci keberlanjutan operasi militer AS di Timur Tengah” serta “benteng utama dalam menjaga stabilitas kawasan.” (top/*)