Gaza Dinyatakan Masuki Tahap Kelima Kelaparan, Dunia Didesak Bertindak

0

JAKARTA, OKENESIA.COM- Yayasan Persahabatan dan Studi Peradaban (YPSP) menyampaikan keprihatinan mendalam atas situasi kemanusiaan di Jalur Gaza yang kini telah resmi masuk ke dalam tahap kelima kelaparan (Famine) menurut klasifikasi ketahanan pangan global yang dikeluarkan oleh Integrated Food Security Phase Classification (IPC).

Demikian laporan YPSP yang diterima Okenesia.com, Selasa (22/7/2025).

Direktur YPSP, DR. Ahed Abu Alatta menyampaikan bahwa berdasarkan laporan dari UNRWA, penduduk Gaza mengalami kondisi kelaparan paling parah di dunia.

Tahap kelima ini ditandai dengan situasi bencana besar, di mana lebih dari 20 persen populasi mengalami kekurangan makanan akut, serta lebih dari 30 persen anak-anak menderita gizi buruk.

Kondisi ini mengakibatkan peningkatan kematian drastis akibat kelaparan dan penyakit terkait.

Dalam laporan yang dirilis YPSP, disebutkan fakta-fakta yang mengiris hati:

Lebih dari 90 orang telah meninggal dunia karena kelaparan dan malnutrisi.

Dua juta warga Gaza tidak dapat menemukan satu porsi makanan pun dalam sehari.

Ribuan keluarga tidak makan selama beberapa hari.

Orang-orang mulai tumbang di jalan karena kelaparan ekstrem.

Diperkirakan akan terjadi kematian massal dalam beberapa hari ke depan bila bantuan makanan dan medis tidak segera masuk.

YPSP juga memaparkan lima tahapan krisis pangan menurut IPC, mulai dari:

1. Aman Pangan, di mana masyarakat dapat memenuhi kebutuhan makanan secara normal,

Tekanan pangan, krisis pangan, darurat, hingga kelaparan (Famine), yang kini dialami Gaza.

Kelaparan di Gaza bukan sekadar krisis, tapi genosida.

Dalam pernyataannya, YPSP menegaskan bahwa kelaparan di Gaza bukan sekadar krisis, tetapi telah menjadi bentuk genosida melalui kelaparan.

Blokade yang ketat membuat bantuan tidak dapat masuk, memperparah kondisi rakyat Gaza yang terisolasi dan kelaparan.

Untuk menghentikan tragedi ini, YPSP mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mengambil langkah nyata, di antaranya:

Menggelar kampanye solidaritas rakyat seperti mogok makan dan aksi damai.

Mendorong parlemen dan lembaga pengawas mengadakan sidang darurat dan desak pembukaan perbatasan.

Mengaktifkan organisasi HAM internasional untuk intervensi segera.

Menggerakkan komunitas sipil dan media digital untuk menyuarakan krisis Gaza.

Melakukan aksi solidaritas serentak secara global,

Mengajak masjid-masjid untuk membaca doa Nazilah dan menyuarakan Gaza dalam khutbah Jumat.

Menggalakkan gerakan boikot produk penjajahan sebagai bentuk tekanan ekonomi.

Dalam penutup seruannya, YPSP menegaskan bahwa: “Gaza hari ini tidak butuh belas kasihan, Gaza butuh aksi nyata yang menghentikan kematian dan menghancurkan blokade. Jadikan setiap suara, setiap usaha, dan setiap tetes tinta sebagai bagian dari perlawanan terhadap kelaparan,” demikian Ahed Abu Alatta. (top/*)

Comments
Loading...
error: Content is protected !!