JAKARTA, OKENESIA.COM- Brigade Al-Qassam mengumumkan gugurnya juru bicara resminya, Abu Ubaidah, bersama sejumlah pimpinan Dewan Militer, serta menegaskan penunjukan juru bicara baru untuk melanjutkan perjuangan, sambil menekankan bahwa darah para syuhada akan tetap menjadi bahan bakar perlawanan hingga pembebasan.
Bulan hanya Abu Ubaidah, sejumlah petinggi Al-Qadsam dikabarkan syahid.
Gerakan Perlawanan Islam Hamas secara resmi mengumumkan gugurnya sejumlah pemimpin utama Brigade Syahid Izzuddin Al-Qassam dalam pertempuran yang mereka sebut sebagai Badai Al-Aqsa.
Pernyataan duka tersebut disampaikan Hamas melalui pernyataan resmi pada Senin, 29 Desember 2025, bertepatan dengan 09 Rajab 1447 Hijriah.
Dalam pernyataannya, Hamas menyampaikan duka mendalam kepada rakyat Palestina serta umat Arab dan Islam atas gugurnya para pemimpin yang disebut sebagai tokoh sentral dalam struktur militer Al-Qassam.
Mereka dinyatakan gugur dalam pertempuran setelah menjalani perjalanan panjang dalam aktivitas perlawanan, perencanaan militer, dan penguatan kemampuan tempur.
Adapun para pemimpin yang diumumkan gugur tersebut adalah Muhammad Sinwar, yang menjabat sebagai Kepala Staf Umum Brigade Al-Qassam dan disebut sebagai penerus pemimpin sebelumnya, Muhammad Deif.
Selain itu, Muhammad Shabana yang menjabat Komandan Brigade Rafah, Hikam Al-Issa selaku Kepala Divisi Persenjataan dan Layanan Tempur, Raed Saad sebagai Kepala Divisi Produksi Militer, serta Hudzaifah Al-Kahlout yang dikenal dengan nama Abu Ubaidah, selaku Kepala Media Militer dan mantan juru bicara Brigade Al-Qassam.
Hamas menyatakan bahwa para pemimpin tersebut gugur dalam apa yang mereka sebut sebagai pertempuran heroik Badai Al-Aqsa, yang menurut pernyataan tersebut bertujuan membela Palestina, rakyatnya, wilayahnya, serta tempat-tempat suci, khususnya Yerusalem dan Masjid Al-Aqsa.
Dalam pernyataan resminya, Hamas menilai para pemimpin yang gugur tersebut sebagai figur penting dalam kepemimpinan militer, perencanaan strategis, dan penguatan kapasitas perlawanan Palestina selama lebih dari tiga dekade terakhir, khususnya sejak berdirinya gerakan tersebut di Jalur Gaza.
Mereka disebut memiliki peran sentral dalam pengelolaan organisasi, pengembangan kemampuan militer, serta mobilisasi perlawanan di berbagai fase konflik.
Hamas juga menegaskan bahwa gugurnya para pemimpin tersebut tidak akan melemahkan perlawanan.
Gerakan itu menyatakan tetap berkomitmen melanjutkan perjuangan dan menilai tindakan penargetan terhadap pemimpin dan anggota mereka tidak akan mematahkan kehendak organisasi maupun rakyat Palestina.
“Gerakan akan tetap teguh pada prinsip-prinsipnya, setia pada pengorbanan para syuhada, dan terus memperjuangkan hak-hak nasional rakyat Palestina,” demikian bunyi pernyataan tersebut.
Hamas kembali menegaskan tujuan politiknya, termasuk pembebasan wilayah Palestina dan pendirian negara Palestina merdeka dengan Yerusalem sebagai ibu kota.
Pernyataan duka tersebut ditutup dengan doa dan kutipan ayat Alquran, serta penegasan bahwa perjuangan akan terus berlanjut.
Hamas menyebut darah dan pengorbanan para pemimpin yang gugur sebagai penguat semangat perlawanan ke depan. (top/*)