Hingga Binasa, Pejuang Palestina Tetap Pertahankan Masjid Al-Aqsha
BANGGAI, OKENESIA.COM- Sembilan hari sudah pertempuran di Palestina berlangsung. Serangan yang disebut Badai Al Aqsha, para tentara Pendudukan Israel menyerang dengan brutalnya.
Beragam fasilitas, semisal masjid, rumah sakit, perguruan tinggi, rumah penduduk hancur dengan serangan bom udara. Fakta serangan brutal itu rupanya tak pernah menyurutkan semangat para pejuang Palestina untuk mundur atau menyerah.
“Olehnya itu, kami para pejuang Palestina sejak dulu, sekarang, besok dan seterusnya, selama penjajah itu tidak keluar, kami akan tetap berjihad,” tegas pejuang Palestina, Dr. Ahed Abu Al-Atta via zoom meeting di acara kupas mendalam Palestina dan Masjid Al-Aqsha yang berlangsung di Masjid Daarussalam, Alquran Insitute Banggai (AQIB), Senin (16/10/2023) malam.
Direktur Yayasan Yayasan Persahabatan dan Studi Peradaban (YPSP) di Indonesia, Ahed Al Atta dalam percakapan berbahasa Arab itu dipandu sekaligus diterjemahkan Direktur AQIB, H. Iswan Kurnia Hasan, Lc. MA. Iswan menjadi pemateri agenda bertajuk ‘Kajian Palestina, Mengenal Lebih Dekat Palestina dan Masjid Al-Aqsha’.
Ahed menjelaskan, keteguhan pejuang Palestina sama seperti yang ditunjukkan warga Indonesia saat menghadapi penjajahan Belanda. “Sama seperti Indonesia dijajah Belanda, perjuangan tidak berhenti hingga Belanda keluar dari Indonesia. Kami pun demikian, kami akan tetap berjuang hingga penjajah Israel itu keluar dari Palestina,” tutur Ahed.
Ia mengemukakan fokus tiga hal di kasus peperangan tentara Pendudukan Israel dengan pejuang Palestina. Pertama perang yang dinamai badai Al Aqsha. Kedua, kondisi yang dialami warga di Jalur Gaza, Palestina dan ketiga apa yang bisa dilakukan sebagai umat Islam.
Perjuangan para mujahid Palestina tidak terlepas dari upaya mempertahankan Masjid Al-Aqsha, tempat mikraj Rasulullah menuju Sidratul Muntaha. Sepanjang tahun Masjid Al-Aqsha, dinistakan oleh orang-orang Yahudi. “Satu bulan terakhir, semakin menjadi-jadi kebiadaban mereka. Di masjid Al Aqsha, sudah dilarang orang salat,” katanya.
Karena sebab inilah, intensitas serangan para pejuang Palestina berjihad. Pejuang Palestina menyerang camp-camp militer. Upaya itu dilakukan pejuang Palestina untuk mengirimkan pesan kepada pemerintah Israel, karena menyerang Masjid Al Aqsha.
Selain mempertahankan kesucian Masjid Al-Aqsha, saat ini sekira 7.000 warga Palestina menjadi tawanan Israel. Mereka disiksa di penjara-penjara dan intensitasnya kian meningkat. Para tentara Pendudukan Israel yang saat ini ditawan pejuang Palestina. Sebagai upaya, agar tawanan tentara Pendudukan Israel itu dibarter dengan tawanan warga Palestina.
Ahed mengaku, perlu menekankan bahwa Palestina adalah negara yang dijajah oleh Israel. “Jadi, jangan lupa kita bicara Palestina, kita berbicara sebagai negara yang dijajah. Kami berhak mengambil tanah kami. Kami sedang dijajah. Olehnya itu, kami para pejuang Palestina sejak sekarang, besok dan seterusnya, selama penjajah itu tidak keluar, kami akan tetap berjihad. Sama seperti Indonesia dijajah Belanda, hingga keluar dari Indonesia. Kami pun demikian, kami akan tetap berjuang hingga penjajah itu keluar dari Palestina,” urai Ahed.
Ketika pejuang Palestina masuk ke Israel, bagi orang mengira itu adalah tanah Israel. Padahal, tidaklah demikian. “Itu adalah wilayah kami yang diambil oleh penjajah,” sebut dia.
Setelah para mujahid masuk ke wilayah Israel menyerang pos-pos militer kata Ahed, mereka tersadarkan bahwa tentara Israel yang disebut sebagai tentara terbaik di dunia, ternyata hanya klaim. Mujahid Palestina dengan senjata apa adanya, mampu menghancurkan para tentara Israel. Itulah sebabnya, para mujahid makin berkeyakinan bahwa akan mereka kuasai.
“Kami tidak pernah berputus asa bahwa pejuang Palestina akan membebaskan Palestina. Senjata biasa bisa mengalahkan, dan memunculkan optimisme para pejuang,” ungkap Ahed.
Aksi tentara Pendudukan Israel sebut Ahed, sangat biadab. “Yang dilakukan Israel saat ini, menyerang warga sipil, karena sampai hari ini mereka tidak berani berhadap-hadapan, dan pejuang Palestina, sangat siap dengan hal itu. Saat ini, Israel melakukan serangan paling biadab. rumah sakit, rumah penduduk, universitas hancur. Sampai kami binasa, kami akan tetap melakukan perlawanan hingga Masjid Al-Aqsha dibebaskan,” tekan Ahed.
Ia menjelaskan bahwa wilayah jalur Gaza hanya 27 Km lebih. Setiap hari, pasukan udara Israel menurunkan bom yang beratnya mencapai 1.200 ton. Dalam kurun waktu 9 hari sejak dimulai genjatan senjata, bom yang dijatuhkan pasukan udara Israel, sama dengan 20 tahun bom yang dijatuhkan Amerika di Afganistan.
Ahed juga mengabarkan informasi terbaru bahwa jumlah syuhada sudah mencapai 3,000 warga Palestina. Dari jumlah itu, hanya 2.000 yang dapat dilihat jasadnya. Sedangkan 1.000 lebih masih di dalam reruntuhan gedung. “Kami tidak punya alat berat mengeluarkan mereka untuk dikebumikan secara layak. Setiap 5 menit, gugur syahid di Jalur Gaza,” ungkap Ahed.
Terakhir, apa yang harus dilakukan dunia, apa yang dilakukan Umat muslim. Apa yang dilakukan pejuang Palestina, tidak hanya sekadar memerdekakan negaranya, tapi mempertahankan Masjid Al-Aqsha. “Umat muslim harus mendukung rakyat Palestina, karena mereka menggantikan tugas kita menjaga Masjid Al-Aqsha. Kita harus mengajarkan anak-anak kita, tentang konflik Palestina. Pejuang Palestina tidak akan keluar dari Palestina, mereka akan tetap mempertahankan tanah mereka, karena tanah mereka suci, terdapat Masjid Al-Aqsha. Hakikat konflik Palestina itu untuk mengetahui bahwa umat muslim berkewajiban membantu Palestina. Seakan-akan pemusnahan massal terhadap warga Palestina, maka kita tidak bisa berdiam,” katanya.
Pasokan makanan dan suplai obat-obatan di jalur Gaza sangat kurang. Jalur satu-satunya dari umat Islam untuk membantu mereka. Harus diketahui, sedekah kepada Palestina, bukan kepada fakir dan miskin, tapi sedekah yang wajib, karena bantuan itu untuk mempertahankan Masjid Al-Aqsha.
Ahed juga menjelaskan reaksi negara-negara Islam yang berdekatan dengan Palestina, karena Masjid Al-Aqsha merupakan milik umat muslim. Penjelasan Ahed terkait masalah ini merupakan pertanyaan peserta kajian Palestina yang hadir semalam. Ahed menguraikan bahwa Masjid Al Aqsha, milik umat Islam. Jika ditanya sikap, harus membedakan sikap pribadi dan sikap sebagai negara. “Sikap rakyat di negara-negara Islam itu mereka mendukung, tapi ada sikap resmi pemerintah, sebagian mereka mendukung, tapi ada juga negara-negara yang mengadakan perjanjian dengan Israel,” jelas Ahed.
Ahed yang saat ini ditugaskan di Indonesia, bersedia hadir di Luwuk, Kabupaten Banggai. Permintaan itu disampaikan Iswan Kurnia Hasan yang memandu agenda kajian itu, karena antusiasme peserta, agar Ahed bisa hadir secara langsung bertatap muka. Permintaan itu pun diamini Ahed. (top)