Kekurangan Tentara, Israel Paksa Yahudi Ultra-Ortodoks Ikut Wamil
JAKARTA, OKENESIA.COM- Mahasiswa seminari pemeluk Yahudi Ultra-Ortodoks (Haredim atau sekte Yudaisme paling taat yang memisahkan diri dari masyarakat untuk mengabdikan diri pada doa dan ibadah—melansir Al Jazeera) sepertinya tak bisa lagi menghindari aturan wajib militer (Wamil) yang diterapkan ketat di Israel. Terlebih, menyusul kabar genting yang diumumkan oleh Radio Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada Kamis (31/10/2024) waktu setempat terkait banyaknya pasukan IDF yang tewas di medan tempur selama bulan Oktober 2024 kemarin.
Kepala Staf Umum IDF, Herzi Halevi, seperti dikonfirmasi Radio IDF, memutuskan bahwa mereka akan membentuk batalion teknik baru dari pasukan reguler. Batalion baru yang bakal diberi nama “Batalion 607” ini rencananya dibentuk pada bulan November ini.
Halevi mengatakan bahwa pembentukan batalion baru ini dilakukan karena adanya krisis personel di angkatan bersenjata Israel dan langkah ini diperlukan guna meringankan beban pasukan teknik cadangan serta memenuhi kebutuhan mendesak untuk tambahan pasukan IDF.
Halevi disebut menyadari pentingnya penambahan jumlah pasukan teknik karena banyaknya beban tugas yang diberikan kepada pasukan IDF saat ini, seperti menangani bahan peledak dan perangkap, dan ini tentu saja dapat menimbulkan ancaman dengan bertambah banyak korban jiwa tentara IDF. Sehingga nantinya, sambung Halevi, pasukan darat akan meningkatkan pelatihan bagi para pejuang infanteri untuk melatih pasukan baru dalam hal keterampilan untuk menangani bahan peledak.
Sementara itu, mantan Direktur Komunikasi dan Diplomasi Masyarakat untuk Perdana Menteri Israel, Yoaz Hendel, seperti dikutip surat kabar Israel, Hayom, membenarkan hal ini. Israel disebut punya kebutuhan dasar yang besar terkait penambahan pasukan IDF setelah 12.000 tentaranya terluka sejak dimulainya perang pada 7 Oktober 2023.
Israel memang telah menderita kekurangan tentara terutama karena pasukan cadangannya telah habis akibat perang yang masih terus berlangsung hingga saat ini di Jalur Gaza, Palestina, dan terlebih lagi dalam perluasan agresi militernya hingga mencakup wilayah Lebanon selatan, yang membuat mereka kian menderita kerugian besar di segala aspek.
Untuk diketahui, setiap warga Israel diwajibkan untuk bertugas di militer semenjak umur 18. Untuk pria diharuskan ikut wajib militer selama tiga tahun sedangkan wanita dua tahun saja. Namun selama ini aturan wajib militer dikecualikan bagi para pemeluk Yahudi Ultra-Ortodoks.
Nah, di penghujung Juni 2024 kemarin, Mahkamah Agung Israel telah resmi mencabut pengecualian wajib militer untuk kalangan mahasiswa seminari pemeluk Yahudi Ultra-Ortodoks. Kekurangan pasukan IDF saat ini menjadi alasan utama yang kuat mengapa pemerintah Israel memusatkan perhatian mereka pada kalangan pemeluk Yahudi Ultra-Ortodoks yang mencapai tigabelas persen dari populasi yang dibebaskan dari wajib militer di Israel. (zul/***)