JAKARTA, OKENESIA.COM- Cerita di balik syahidnya Yahya Sinwar, pemimpin biro politik Hamas pada medio Oktober kemarin rupanya masih belum usai. Yang teranyar adalah kabar mengenai hasil autopsi jenazah Yahya Sinwar yang dilakukan oleh dokter forensik Israel.
Menurut surat kabar berbahasa Ibrani, Israel Hayom, autopsi yang dilakukan oleh dokter forensik Israel itu menemukan fakta bahwa pemimpin Hamas, Yahya Sinwar sudah tidak makan apa pun selama 72 jam atau 3 hari sebelum dia dibunuh oleh militer Israel pada 16 Oktober 2024.
Sementara itu, Direktur Lembaga Forensik Nasional Israel, Chen Kugel menerangkan bahwa salah satu jari Yahya Sinwar telah diambil untuk mendapatkan sampel deoxyribonucleic acid atau DNA. Itu dilakukan guna keperluan identifikasi. Israel disebut ingin mencocokkan catatan DNA yang mereka miliki tentang Yahya Sinwar, karena sebelumnya pemimpin Hamas itu pernah dipenjara dan mereka memiliki data catatan medis tersendiri untuk Yahya Sinwar.
Lebih lanjut, Kugel menyatakan bahwa sebetulnya Yahya Sinwar pada awalnya masih bertahan hidup selama beberapa jam. “Tetapi akhirnya meninggal karena kerusakan otak parah yang disebabkan oleh luka tembak,” ucap Kugel, seperti dilansir Middle East Monitor.
Apa yang terungkap ke publik mengenai fakta-fakta Yahya Sinwar belakangan sebenarnya menjadi bukti betapa otoritas Israel telah berbohong dengan menuding bahwa anggota Hamaslah yang mengalihkan bantuan kemanusiaan atau bantuan makanan untuk rakyat kelaparan di Jalur Gaza.
Selain memutarbalikkan fakta, Israel juga telah berkali-kali melanggar prinsip hukum humaniter internasional. Bahwa tindakan militer Israel yang menyebabkan rakyat kelaparan parah di Jalur Gaza adalah sebuah pelanggaran. Padahal pada 2022, dalam Statuta Roma telah diamandemenkan kelaparan sebagai kejahatan perang menjadi kejahatan terhadap kemanusiaan. (zul/***)