YPSP Peringatkan Bahaya Pendudukan Kembali Jalur Gaza oleh Israel
JAKARTA, OKENESIA.COM– Yayasan Persahabatan dan Studi Peradaban (YPSP) memperingatkan bahwa rencana Israel untuk kembali menduduki Jalur Gaza secara total merupakan langkah berbahaya dan eskalatif yang berpotensi memicu krisis kemanusiaan besar-besaran dan mengancam stabilitas kawasan.
Dalam laporan resminya yang diterima Okenesia.com pada Jumat (8/8/2025) malam, YPSP menyebut keputusan tersebut bukan sekadar operasi militer sementara, tetapi mencerminkan niat Israel untuk memaksakan realitas baru di lapangan.
Direktur YPSP, DR. Ahed Abu Alatta menegaskan bahwa langkah Israel mencakup pengambilalihan kendali penuh, pengusiran penduduk, dan perubahan demografi di Gaza.
Ahed merupakan warga asli Gaza yang saat ini bermukim di Indonesia. Lembaga yang dipimpinnya berfokus membersamai perjuangan rakyat Palestina
Ahed memaparkan bahwa pendudukan kembali Gaza memiliki enam tujuan strategis Israel, yaitu:
Pertama, menghancurkan perlawanan yang mempertahankan Palestina dan Masjid Al-Aqsa.
Kedua, menghapus pemerintahan Palestina yang independen dan memberlakukan kontrol keamanan penuh.
Ketiga, mengusir penduduk dan menghapus keberadaan Palestina melalui blokade, kelaparan, dan kekerasan.
Keempat, menguasai lokasi strategis Gaza untuk memutus akses rakyat Palestina ke dunia luar.
Kelima, meraih keuntungan politik internal dengan mengorbankan rakyat Palestina.
Keenam, mencegah berdirinya negara Palestina yang berdaulat.
YPSP menilai, pendudukan ini akan menimbulkan risiko besar, termasuk genosida, kehancuran total kemanusiaan, pengusiran paksa massal, perang gerilya berkepanjangan, meluasnya konflik di Tepi Barat dan Yerusalem, isolasi internasional yang semakin besar bagi Israel, serta tertutupnya peluang perdamaian di kawasan.
Untuk menghadapi ancaman tersebut, YPSP mendorong penolakan tegas dari negara-negara Arab, Islam, dan komunitas internasional.
Langkah lain yang disarankan meliputi gerakan diplomatik di PBB, aksi protes global, kampanye media masif, penyaluran bantuan kemanusiaan untuk Gaza, serta pemantapan persatuan internal Palestina.
“Pendudukan kembali Gaza akan menutup peluang solusi politik dan mengurung kawasan dalam lingkaran konflik tak berujung,” tegas Ahed. (top/*)