JAKARTA, OKENESIA.COM- Dukungan untuk rakyat Palestina terus mengalir dari berbagai penjuru dunia, termasuk dari para musisi tanah air. Dengan cara mereka sendiri, lewat karya, konser amal, hingga keputusan moral yang berani, musisi-musisi Indonesia menunjukkan bahwa musik bukan sekadar hiburan, tetapi juga suara kemanusiaan.
Langkah inspiratif datang dari Eross Candra, gitaris grup band legendaris Sheila On 7. Melalui akun Instagram pribadinya, Eross mengumumkan lelang gitar “Signature Series” buatan Fender, produsen alat musik ternama dunia.
Gitar yang hanya diproduksi 50 unit di seluruh dunia itu merupakan buatan khusus untuk Eross, menjadikannya satu-satunya musisi Indonesia dengan signature guitar resmi dari Fender.
Namun yang membuat publik berdecak kagum, Eross justru melelang gitar bersejarah itu untuk membantu warga Gaza. “Lelang Gitar untuk Gaza,” tulisnya.
Tak hanya satu, Eross juga melelang dua gitar lainnya, dan berhasil mengumpulkan dana hingga Rp335,1 juta, yang seluruhnya disumbangkan ke Palestina.
Pada Maret 2024, sejumlah musisi lintas generasi seperti Ikang Fawzi, Fadly (Padi Reborn), dan The Brandals berkolaborasi dalam karya berjudul “Tanah Para Nabi” di bawah bendera Friends of Palestine. Lagu ini menjadi “anthem” solidaritas bagi rakyat Palestina, menyerukan kemerdekaan dan kemanusiaan lewat harmoni musik.
Lebih awal, pada November 2023, konser amal bertajuk “Sound of Humanity (SOH) untuk Palestina” yang digagas J-Rocks, Mocca, dan Pusakata mengguncang publik.
Diselenggarakan bersama lembaga kemanusiaan Dompet Dhuafa, konser itu sukses mengumpulkan hampir Rp1 miliar untuk bantuan kemanusiaan di Gaza.
Musisi senior Melly Goeslaw turut menuangkan empatinya melalui lagu yang lahir spontan saat konser di Kuala Lumpur, Juni 2024. Dalam suasana haru, ribuan penonton mengibarkan bendera Palestina di Stadion Axiata Arena Bukit Jalil.
Melly mengaku lagu itu bukan ciptaannya semata. Dalam wawancara dengan Tempo, ia berkata,
“Lalu saya pun berfikir lagu ini bukanlah saya yang buat atau sesiapapun, sebab detik itu Allah SWT turunkan atau titipkan ilham-nya pada kami. So, composed by Allah SWT for Palestine.”
Sementara itu, Iwan Fals sudah lebih dulu menyuarakan dukungan lewat lagu “Palestina” (2014) yang masih relevan hingga kini. Lirik seperti:
“Gaza gaza gaza / Tank dilempar batu / Perempuan kecil pukul serdadu…”masih menggema di kanal YouTube-nya, ditonton lebih dari 181 ribu kali.
Sikap solidaritas juga diwujudkan lewat pilihan moral. Grup indie Reality Club memutuskan membatalkan tampil di festival musik SXSW 2024 di Austin, Amerika Serikat.
Keputusan itu diambil setelah mengetahui acara tersebut disponsori oleh Angkatan Darat AS serta perusahaan kontraktor yang memproduksi senjata untuk Israel.
“We refuse to be associated with organizations that are complicit in the genocide in Palestine,” tulis band yang digawangi Fathia Izzati itu dalam pernyataan resminya.
Padahal, SXSW merupakan impian lama Reality Club. Namun idealisme mereka lebih besar dari popularitas.
Band-band lain seperti Efek Rumah Kaca, The Adams, dan Dongker juga menunjukkan sikap yang sama. Mereka tampil di konser kemanusiaan untuk Gaza dan mengumpulkan donasi ratusan juta rupiah. Dongker bahkan secara terbuka menampilkan simbol dan pesan “Free Palestine” dalam setiap panggung dan unggahan media sosial mereka.
Sikap para musisi ini sejalan dengan amanat konstitusi Indonesia yang menegaskan bahwa “penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan peri keadilan.”
Bung Karno pernah berkata, “Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel.”
Kini, tantangan itu diterjemahkan para musisi lewat nada, lirik, dan aksi nyata. Musik menjadi senjata moral yang menggetarkan hati — menyerukan kemanusiaan, keadilan, dan kebebasan bagi Palestina. (top/*)