Jagoan Intelijen Indonesia Suripto Tutup Usia
JAKARTA, OKENESIA.COM – Master intelijen Indonesia, Suripto dikabarkan wafat hari ini, Kamis (6/11/2025). “Betul beliau wafat,” kata kader Partai Keadilan Sejahtera Mabruri seperti dikutip dari Republika.
Suripto merupakan Ketua Umum Komit Nasional Untuk Rakyat Palestina (KNRP), sebuah lembaga non profit yang berjuang untuk rapat Palestina.
Suripto selama ini dikenal mengalami sejumlah penyakit dan berusia sepuh. Namun semangatnya untuk berdakwah sangat kuat. Dia pernah datang ke Republika sebelum Pandemi Covid-19 untuk menyuarakan penderitaan di Gaza Palestina.
Saat itu Suripto mengajak Republika untuk menggemakan narasi bantu Palestina agar perjuangan warga di sana untuk merdeka tak padam.
Tak sekadar menghadiri pertemuan, Suripto juga aktif berdemonstrasi membela Palestina. di usianya yang sudah sepuh, dia masih bersuara lantang dalam barisan besar gelombang demonstran pendukung Palestina yang berdemonstrasi menyasar Kedutaan Amerika di Jakarta.
Tokoh Senior
Suripto, yang dikenal luas sebagai mantan Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara (Kabakin), adalah tokoh senior dalam dunia intelijen dan pemerintahan Indonesia. Lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, ia memiliki latar belakang pendidikan yang kuat di bidang hukum dan administrasi publik, yang menjadi fondasi kariernya yang panjang dan beragam. Sebelum memasuki dunia intelijen, Suripto dikenal sebagai akademisi dan aktivis yang menaruh perhatian besar pada isu-isu sosial dan politik di tanah air, berdasarkan Pusat Data Republika.
Karier Suripto di pemerintahan mulai menanjak ketika era reformasi bergulir. Ia dikenal sebagai sosok yang dekat dengan tokoh-tokoh penting pergerakan dan memiliki jaringan luas di berbagai lapisan masyarakat.
Pengalamannya sebagai aktivis dan pemikir membuatnya dipandang sebagai figur yang memahami denyut nadi politik di Indonesia, menjadikannya pilihan yang relevan untuk menduduki posisi strategis di lembaga intelijen yang saat itu sedang bertransformasi.
Puncak kariernya adalah ketika ia menjabat sebagai Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakomintel/Bakakin), sebelum lembaga tersebut direstrukturisasi menjadi Badan Intelijen Negara (BIN).
Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakomintel) merupakan lembaga intelijen pusat Indonesia pada era sebelum reformasi. Lembaga ini bertugas mengoordinasikan berbagai aktivitas intelijen dari seluruh kementerian dan lembaga terkait di Indonesia.
Dengan bergulirnya era Reformasi dan tuntutan akan tata kelola pemerintahan yang lebih transparan dan demokratis, Bakakin mengalami restrukturisasi besar-besaran. Melalui Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2002, Bakakin secara resmi berubah bentuk menjadi Badan Intelijen Negara (BIN).
Perubahan ini tidak hanya sebatas nama, tetapi juga mencakup mandat hukum yang lebih jelas, profesionalisme personel, dan akuntabilitas yang lebih baik kepada negara dan publik, menegaskan fungsinya sebagai lembaga intelijen negara yang netral dan profesional.
Pada masa jabatannya, Suripto memainkan peran krusial dalam menata ulang organisasi intelijen di Indonesia, beradaptasi dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas di era pasca-Orde Baru. Ia berupaya agar lembaga intelijen lebih profesional dan fokus pada ancaman nyata terhadap negara, menjauhi praktik-praktik politik di masa lalu.
Setelah masa baktinya di Bakakin usai, Suripto tidak lantas pensiun dari panggung politik dan publik. Ia tetap aktif sebagai pengamat politik, analis keamanan, dan sesekali memberikan pandangan kritis terhadap kebijakan pemerintah.
Pandangan-pandangannya seringkali tajam dan berdasarkan pengalaman puluhan tahun di lapangan, membuatnya menjadi narasumber yang dicari oleh media dan akademisi untuk memahami dinamika politik dan keamanan di Indonesia.
Suripto juga dikenal karena kedekatannya dengan tokoh-tokoh politik tertentu, termasuk dengan Prabowo Subianto. Ia beberapa kali muncul dalam struktur tim sukses atau sebagai penasihat dalam kontestasi politik, menunjukkan bahwa pengalamannya masih dianggap berharga dalam merumuskan strategi politik dan keamanan.
Kehadirannya seringkali menjadi simbol jembatan antara generasi intelijen lama dengan dinamika politik yang lebih baru dan terbuka.
Dalam beberapa tahun terakhir, meskipun usianya semakin bertambah, Suripto tetap aktif mengemukakan pandangannya melalui forum diskusi, seminar, atau media sosial.
Fokus perhatiannya sering beralih ke isu-isu kedaulatan pangan, ekonomi kerakyatan, dan ancaman geopolitik yang dihadapi Indonesia, menunjukkan kepeduliannya yang luas terhadap masa depan bangsa di luar isu intelijen. (sumber Republika)