48 Hari ‘Badai Al-Aqsha’ Israel Lakukan 1.400 Kali Pembantaian, 14.854 Warga Gaza Tewas
JAKARTA, OKENESIA.COM- Agresi militer selama 48 hari perang berkecamuk sejak ‘Badai Al Aqsha’ tanggal 7 Oktober 2023, militer Pendudukan Israel sudah melakukan 1.400 kali pembantaian yang menyasar warga sipil tak berdosa di berbagai wilayah di Jalur Gaza, Palestina. Dari ribuan kali pembantaian itu, tercatat sudah 14.854 nyawa warga sipil terenggut. Demikian laporan Biro Media Otoritas Palestina di Jalur Gaza dalam konferensi pers, Kamis (23/11/2023).
Jumlah syuhada itu, belum ditambahkan dengan 7.000 laporan orang hilang. Di antaranya lebih dari 4.700 anak-anak dan wanita. Laporan orang hilang ini disebabkan korban kemungkinan masih terjebak di bawah reruntuhan atau belum dievakuasi di jalan-jalan atau belum diketahui nasibnya.
“Lebih dari 14.854 orang meninggal dunia, di antaranya lebih dari 6.150 anak-anak dan 4.000 wanita. Enam puluh persen korban jiwa adalah anak-anak dan wanita,” laporan Biro Media Otoritas Palestina di Jalur Gaza.
Tenaga medis yang gugur berjumlah 207 orang. Di antaranya, dokter, perawat dan paramedis. Sebanyak 26 personel tim SAR dan 65 jurnalis gugur. Sebanyak 36.000 warga mengalami luka-luka, 75 persen di antaranya adalah anak-anak dan wanita. Fasilitas pemerintah yang menjadi sasaran pengeboman maupun hantaman tank berjumlah 103 kantor, 266 sekolah hancur. Enam puluh sekolah dinyatakan tak dapat lagi dioperasikan, karena mengalami kerusakan total.
Bukan itu saja, rumah ibadah juga menjadi sasaran kebiadaban militer Israel. Yakni, 88 masjid hancur total dan 174 masjid hancur sebagian, serta 3 gereja rusak parah. Rumah penduduk sebanyak 46.000 unit hancur total dan 234.000 unit rumah hancur sebagian.
Sebanyak 26 rumah sakit dan 55 pusat kesehatan berhenti beroperasi, 56 unit ambulans rusak.
Rumah-rumah sakit di Jalur Gaza masih mengalami serangan dari penjajah Israel, khususnya Rumah Sakit Indonesia. Rumah Sakit As-Syifa masih diduduki penjajah Israel.
Militer Israel menangkap sejumlah petugas medis dan Direktur Rumah Sakit As-Syifa, dr. Muhammad Abu Salmiyah, setelah mereka dievakuasi oleh petugas PBB dan Organisasi Kesehatan Internasional dari Rumah Sakit As-Syifa. (top/**)