Prostitusi Online: Modus Penipuan Hingga Catut Hotel Luwuk (Bagian 1)

0

OLEH: MUHAMMAD ZULFIKAR, Luwuk-Banggai

LANGIT Kota Luwuk tampak gelap. Suasana malam yang larut begitu senyap. Dari sebuah rumah di bilangan Karaton, terjadi pertengkaran hebat antara Gafar (36) dan istri. Mereka bertikai soal perkara lumrah dalam rumah tangga: asmaraloka.

Gafar bersama istri memang tidak sampai melakukan kekerasan fisik antara satu sama lain—hal yang belakangan kerap terjadi dalam rumah tangga dengan istilah populer kekinian: KDRT. Akan tetapi, suara istri Gafar dengan nada yang terus meninggi disertai deru tangis yang memecah kehingan malam ternyata cukup untuk membuat sejumlah orang yang tinggal di sekitar mereka terjaga dari tidur lelapnya.

Istri Gafar malam itu cemburu buta selepas melihat telepon selulernya yang berisi obrolan mesra antara dia bersama seorang wanita. Penjelasan Gafar tidak dapat diterima, meskipun kenyataan yang terjadi tidaklah sama seperti apa yang dipikirkan istrinya.

Kepada Okenesia.com, Gafar pun berbagi kisahnya bagaimana semua itu bermula.

SORE itu, sekira pukul 17.00 wita, 17 Juli 2024, Gafar yang sumpek dengan pekerjaan yang menumpuk, iseng-iseng mengunduh aplikasi MiChat di telepon selulernya. Dia lantas memajang foto wajahnya dan, tidak seberapa lama, masuklah sejumlah pesan dari beberapa wanita tidak dikenal yang meskipun cukup meyakinkan, menurut foto-foto profil mereka dengan pakaian yang serba terbuka, Gafar sendiri enggan menyebut mereka sebagai pekerja seks komersial.

“Saya tidak mau menuduh, karena tidak punya bukti. Saya juga tidak tahu pasti, pekerjaan mereka seperti apa,” kata Gafar.

Namun, pikiran Gafar itu seakan terbantahkan olehnya sendiri setelah dia merangkum sejumlah pesan agresif dari wanita yang berbeda-beda yang kesemuanya tampak tidak malu-malu menawarkan jasa berbayar.

“Open, Kak.”

“Open booking.”

“COD full service.”

“Melayani VCS-Video Pribadi.”

“Real, amanah, Kak.”

Gafar tersentak. Ini adalah sebuah pengalaman baru dalam hidupnya. Dan dengan rasa penasaran setengah mati yang terus membukit dalam hati, Gafar pun mencoba merespons pesan-pesan nakal itu dengan menanyakan keberadaan mereka satu per satu.

“Luwuk, Kak.”

“Luwuk. Stay penginapan AH.”

“Stay Wisma S.”

“Stay Wisma A.”

“Stay Hotel D.”

“Stay Hotel K.”

“Stay Hotel S.”

“Stay Hotel G.”

Keterkejutan Gafar tidak berhenti sampai situ. Sebenarnya, bukan soal tingkah laku wanita-wanita penggoda itu benar ada di kota Luwuk yang membuatnya terheran-heran, karena toh Luwuk yang kian maju membuka kemungkinan untuk berkembang di bidang itu, namun bagaimana para lelaki penyuka sesama jenis yang tak mau ketinggalan untuk mengirimkan pesan-pesan vulgar yang agresif kepadanya via aplikasi pesan MiChat.

“Asli orang mana, Kak?”

“Luwuk,” balas Gafar.

“Kencan mau?”

“Maaf,” tulis Gafar.

“Nanti diisap kon***mu itu.”

Gafar menelan ludah. Matanya terbelalak.

“Mau muntah saya rasa,” kata Gafar. “Huh, menjijikkan sekali.”

Sekilas tampak berseliweran bayangan di kepala Gafar, setidaknya kini dia mengerti inilah kenapa virus HIV atau penyakit AIDS di kota Luwuk melonjak tajam dari kalangan kaum homoseksual. Selain karena pelakunya berusia muda dan sangat kuat dorongannya untuk memenuhi kebutuhan seksual, aksi yang mereka lakukan pun cukup masif dan hanya atas dasar suka atau tanpa bayaran alias gratis.

***

KEESOKANNYA, selepas melakukan aktivitas di tengah guyuran gerimis, Gafar melanjutkan sebuah percakapan intens dengan seorang wanita lewat aplikasi MiChat itu. Menurut Gafar, wanita itu bernama Najwa Hilyani. Dalam obrolannya, Najwa mengaku berada di salah satu hotel di kota Luwuk. Dia pun mengirimkan Gafar sebuah foto diri. Dalam foto itu, Najwa tampak polos dan manis natural, seperti bukan wanita panggilan pada umumunya dengan riasan wajah yang tampak menor di pipi atau gincu yang merah merona di bibir. Tetapi itu rupanya yang membuat Gafar benar-benar terkesima meskipun tidak berniat untuk memakai jasanya, karena toh Gafar tahu diri bahwa dia telah beristri.

“Kak mau booking?”

“Tidak,” balas Gafar.

Sebelum mengakhiri obrolan via aplikasi pesan MiChat, Najwa meninggalkan jejak sebuah kontak. Itu adalah nomor WhatsaApp dengan deretan angka +62 857-9643-XXXX yang dikirimkan Najwa dalam pesan MiChat. Najwa pun berharap, Gafar mau menghubunginya sewaktu-waktu jikalau butuh.

Dan, benar saja, pada Jumat malam, 19 Juli 2024, Gafar mengontak Najwa via aplikasi pesan WhatsApp.

“Hai, saya yang di MiChat.”

“Kenapa Kak, mau booking?” respons Najwa.

“Tidak.”

“Terus mau apa?”

“Cuma mau teman mengobrol, boleh?” tanya Gafar.

Najwa tidak keberatan meladeni permintaan Gafar, kendati tentu saja bukan itu yang dia harapkan. Gafar paham akan hal itu, dengan segala kebutuhan dalam pekerjaan yang dilakoni Najwa untuk mencari makan. (Bersambung)

Comments
Loading...
error: Content is protected !!