Pemerintahan Netanyahu Telantarkan Warganya Yang Jadi Tahanan Hamas

0

JAKARTA, OKENESIA.COM- Warga Israel yang menjadi tahanan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) sejak 7 Oktober 2023 menyampaikan kekecewaannya terhadap pemerintahnya yang dipimpin Benjamin Netanyahu itu.

Betapa tidak, mereka yang menjadi tahanan Hamas itu, bukan menyalahkan Hamas, tapi malah menyalahkan pemerintahan Netanyahu.

Pengakuan menyedihkan itu diungkap Alexander Lobanov, warga Ashgolan, Israel. Dalam sebuah video, Alexander mengungkapkan kekecewaannya itu sebelum ia menghembuskan napas terakhirnya.

Potongan video itu direkam dan disebarluaskan oleh Hamas dalam situs resminya Hamasinfo, Rabu (4/9/2024).

“Selamat sore untuk semua. Nama saya Alexander Lobanov, dari Ashqolan. Pada 7 Oktober lalu, saya ditangkap dari pesta Re’im ketika saya sedang bertugas,” ungkap Alexander mengawali pengakuannya.

“Kondisi sekarang sangat merana. Tidak ada bahan pokok, seperti air, makanan, listrik dan peralatan kebersihan. Kami takut dan tidur dalam kondisi sulit,” ungkapnya.

Alexander mengakui bahwa dirinya diperlakukan secara baik oleh Hamas. Sebagai bukti, Alexander dipindahkan 10 kali di tempat berbeda untuk menjaganya tetap hidup di tengah gempuran militer Israel. “Mereka memindahkan saya 10 kali untuk menjaga tetap hidup,” katanya.

“Saya serukan kepada Netanyahu dan pemerintah Israel. Kalian telah gagal dan menelantarkan kami sejak 7 Oktober. Sekarang, kalian terus dalam kegagalan pada setiap usaha membebaskan kami dalam kondisi hidup. Kalian berusaha membunuh kami supaya tidak terjadi pertukaran tawanan,” sesal Alexander.

“Saya di sini meminta tolong kepada kawan-kawan dan masyarakat Israel. Saya meninggalkan istri yang sedang hamil, anak usia dua tahun, dan kedua orang tua yang sedang sakit. Tolong suara saya bisa didengar oleh mereka,” pinta Alexander.

Ia menyerukan kepada warga Israel untuk bergerak melawan kebijakan pemerintahan Netanyahu. Keluarlah ke jalan, berdemonstrasilah. Lakukan segala sesuatu untuk mengeluarkan kami dalam kondisi hidup. Saya ingatkan, dalam pertukaran tawanan Gilad Shalit dapat membebaskan lebih dari seribu tawanan Palestina,” ujarnya.

“Keluarga saya, Michal, Tom, ayah, Ibu, Anton. Teruskan (demo) secara kuat dan bersatulah. Saya sayang dan kangen kalian semua,” tutur Alexander.

Sementara warga lainnya, Carmel Gat yang juga tawanan Hamas mengungkap serupa.

“Nama saya Carmel Gat dari Be’eri. Saya berusia 39 tahun. Saya ditangkap di rumah orang tua pada 7 Oktober lalu. Di sana saya bersama dengan keluarga lain. Saya tidak tahu kondisi mereka saat ini,” ungkap Carmel mengawali pernyataannya.

“(Kami di sini) tanpa makanan, air, alat kebersihan. Serangan tanpa henti dan saya tidak tahu apakah akan keluar dari sini dalam kondisi hidup atau mati? Pada 7 Oktober lalu, saya dan keluarga beserta penduduk Be’eri menemui takdir kami. Saya sangat memohon kepada pemerintah Israel yang dipimpin Benyamin Netanyahu. Tolonglah, hentikan kebodohan ini. Hentikan serangan. Kembalikan kami ke rumah,” pintanya memelas.

“Kepada masyarakat Israel, saya minta kalian untuk terus berdemo demi kami dan kehidupan kami. Jangan kompromi dan menyerahkan kepada pihak yang menutup pintu pertukaran tawanan,” kata dia.

Carmel juga menyampaikan pesan kepada keluarganya. “Keluarga yang saya sayangi. Saya berharap tetap hidup supaya bisa kembali kepada keluarga. Saya berusaha sekuat tenaga untuk kalian hingga berakhir mimpi buruk ini. Saya cinta kalian,” ungkap Carmel.

Mereka meminta meminta pemerintahan Netanyahu untuk melakukan pertukaran tawanan dan kebebasan hidup.

Tekanan militer yang dilakukan Israel kata mereka, hanya akan mengakibatkan kematian dan kegagalan. “Tekanan militer Israel sejatinya hanyalah kematian dan mereka tidak akan pernah berhasil,” ungkap mereka. (top/*)

Comments
Loading...