Marak Hubungan Sedarah, Runtuhnya Sistem Keluarga Dalam Sistem Sekuler Kapitalisme

0

OLEH: SAFNI YUNIA

(Aktivis Muslimah)

Berkembangnya teknologi dan informasi hari ini, membuat kita mudah dalam mengakses segala sesuatu, mempermudah mendapatkan informasi. Akan tetapi ada dampak negatif dan dampak positif dari teknologi itu sendiri, ketika kita menggunakan dengan bijak maka kita akan selamat, begitupun sebaliknya.

Baru-baru ini heboh berita di media sosial  Facebook terkait dengan adanya grup fantasi sedarah, yaitu kumpulan orang-orang yang memiliki hubungan sedarah melakukan kekerasan seksual, sangat-sangat miris ketika keluarga yang melakukan perbuatan yang bejat, keluarga yang seharusnya menjadi pelindung malah menjadi perusak. Inilah realitas yang terjadi ketika hawa nafsu yang dijadikan standar.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) meminta polisi mengusut grup Facebook dengan nama “fantasi sedarah”. Sebab konten itu mengandung unsur eksploitasi seksual dan telah meresahkan masyarakat.

Kementerian Komunikasi dan Informatika telah mengambil tindakan tegas terhadap beberapa grup Facebook yang memposting konten pornografi yang bersifat incest, yang keberadaannya telah menimbulkan kemarahan publik. kata Wakil Menteri Angga Raka Prabowo di sini pada Jumat.“Kami telah menghubungi Meta dan platform yang mereka operasikan, yaitu Facebook,”

Standar Hawa Nafsu dari Sekularisme Kapitalisme

Fenomena di atas sangat-sangat menjijikkan, kekerasan seksual saja dengan orang lain itu miris, apalagi ini kekerasan seksual terhadap keluarga sendiri. Ketika kita analisis faktor-faktor terjadinya kekerasan seksual terjadi karena pertama, kurangnya pemahaman seseorang terkait aturan hidup, kebanyakan orang tidak menundukkan nafsunya dengan wahyu sehingga mereka mudah menyalurkan hawa nafsunya karena tidak paham terkait konsekuensinya.

Kedua, aturan sekularisme kapitalisme yaitu pemahaman bahwa aturan kehidupan dipisahkan dari agama, bahwa pada skala individu saja yang diatur seperti shalat, puasa zakat dan Haji, sedangkan aturan terkait dengan persanksian yang mengatur hubungan manusia dengan manusia yang lain, seperti seorang pezina itu tidak diatur dengan aturan sang Pencipta. Juga konten-konten baik berupa vidio, tulisan dan aktivitas pemicu ikhtilat atau campur baur antara pria dan wanita ini tidak difilter oleh penguasa, sehingga akibatnya bisa kita lihat lingkungan kita.

Hari ini aturannya hanya mengecam, menghapus akun, menangkap pelaku tanpa memberi hukuman yang membuat jera bagi pelaku bahkan hukum hari ini apabila kita memiliki uang, maka kita akan bebas dari penjara dengan mencampakkan aturan dari sang Pencipta demi keuntungan (kapitalisme). Penguasa telah lalai dengan mencampakkan aturan hidup dari sang pencipta demi standar hawa nafsu dan keuntungan semata.

Realitanya yang kita lihat saat ini, penguasa yang seharusnya memiliki wewenang untuk memberikan hukuman bagi pezina itu tidak diterapkan, akibatnya kasus yang kita lihat hari ini seperti: banyak yang aborsi, hamil diluar nikah, anak kecil dicabuli. Inilah realita ketika aturan Islam dicampakkan yaitu sistem kapitalisme yang ditetapkan hari ini

Standar Wahyu dalam Daulah Islamiyah

Allah SWT sebagai sang Pencipta, aturan dari-Nya seharusnya yang harus digunakan dalam menjalani kehidupan, yang ketika kita lihat hari ini banyak yang mencampakkannya.

Allah SWT memberikan gharizah nau’ (naluri berkasih sayang) pada setiap hambanya untuk melestarikan keturunan sebagaimana Firman-Nya:

“Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya.Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang.
(QS. Ar Rum: 21).

Hubungan kasih sayang, cinta dan benci karena Allah ini sangat dibutuhkan dalam hubungan orang tua, suami istri, anak terhadap orang tua maupun kepada sesama. Sebagaimana dalam Sabda Rasulullah:

“Sesungguhnya orang-orang yang saling mencintai, kamar-kamarnya di surga nanti terlihat seperti bintang yang muncul dari timur atau bintang barat yang berpijar. Lalu ada yang bertanya, “Siapa mereka itu?”, “Mereka itu adalah orang-orang yang mencintai karena Allah ‘Azzawajalla.”
(HR.Ahmad).

Seperti inilah penyaluran Gharizah Nau’ bahwa seorang anak dididik dengan baik sesuai perintah Allah SWT Sebagaimana dalam Firman-Nya:

“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.”
(QS. At-Tahrim: 06)

Sementara anak mencintai orang tua karena keimanan Allah Berfirman:

“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat.”
(QS. An-Nisa’: 36)

Hubungan anak kepada orang tua dan kerabat yang menjadikan Alquran sebagai standar hidup akan menghasilkan keberkahan. Tidak mungkin melakukan perbuatan inses karena hal tersebut termasuk Dosa besar. Pihak keluarga dan masyarakat yang memiliki pemahaman dan sudut pandang yang benar dan melahirkan tingkah laku yang benar, itu hanya bersifat personal saja, Jika tidak diterapkan dan dijaga oleh Daulah Islamiyah

Dalam Daulah Islamiyah pasti akan memperhatikan, memfilter media sosial berupa tontonan dan bacaan yang dapat menumbuhkan syahwat dan menormalisasi hal-hal yang dapat melanggar hukum syariat. Juga menerapkan sanksi tegas terhadap pezina sehingga dapat membuat efek jera kepada pelaku karena hanya penguasa yang memiliki wewenang yang bisa menerapkan sanksi tegas, tidak kalau individu yang menerapkan aturan persanksian. Sebagaimana dalam Firman-Nya:

Di dunia, pelaku zina layak mendapat hukuman berupa hukum cambuk 100 kali (bagi yang belum pernah menikah) (QS an-Nur: 2) dan diasingkan selama setahun (HR al-Bukhari). Adapun pezina yang sudah menikah atau belum pernah menikah tetapi sering berzina dikenai hukum rajam (dilempari dengan batu) sampai mati.

Adapun di akhirat, pezina layak mendapatkan azab yang amat keras di neraka. Abu Hurairah ra menuturkan bahwa Rasul SAW pernah bersabda, “Ada tiga golongan orang yang tidak akan dilihat oleh Allah ‘Azza wa Jala: orang tua yang berzina, penguasa pendusta dan orang miskin yang sombong.”(HR Ibn Abu ad-Dunya’).

Diriwayatkan pula dari Rasulullah SAW bahwa “pezina akan menceburkan diri di dalam azab di akhirat di dalam sebuah tungku api neraka yang bagian atasnya sempit dan bawahnya luas”
(HR al-Bukhari).

Comments
Loading...
error: Content is protected !!