OLEH: RISKA NILMALASARI D.A
(Aktivis Muslimah)
Dalam perjalanan membangun peradaban, guru memiliki kedudukan yang sangat agung. Bukan hanya sebagai pengajar ilmu, tetapi juga penjaga akhlak dan penuntun jiwa umat. Syekh Muhammad Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama dan ulama besar Nusantara, mewariskan panduan penting bagi para guru: adab terhadap diri sendiri.
Menurut beliau, sebelum seorang guru mendidik orang lain, ia harus terlebih dahulu mendidik dirinya. Karena sesungguhnya, keberkahan ilmu tidak hanya terletak pada isi pelajaran, tetapi pada akhlak dan adab pembawanya. Inilah 20 adab yang beliau ajarkan, nilai-nilai luhur yang seharusnya menjadi karakter setiap pendidik sejati. Adapun sebagai berikut :
1. Selalu Merasa Diawasi oleh Allah (Muroqobah)
Guru yang bertakwa senantiasa sadar bahwa Allah melihatnya setiap saat. Ia tidak hanya menjaga perilakunya di depan murid, tapi juga di saat sendiri. Muroqobah menjadikan guru tulus, jujur, dan konsisten, karena ia tidak mengajar untuk manusia, tapi karena Allah.
2. Takut kepada Allah dalam Setiap Tindakan
Rasa takut kepada Allah (khauf) menjadikan guru berhati-hati dalam bersikap. Ia tidak sembarangan dalam berfatwa, memberi nasihat, atau bertindak, karena tahu bahwa setiap kata dan perbuatannya akan dimintai pertanggungjawaban.
3. Tenang (Sakinah) dalam Tindak Tanduk
Ketenangan seorang guru adalah pancaran dari keikhlasan dan keyakinan. Ia tidak mudah gelisah atau reaktif. Kehadirannya memberi keteduhan. Ketika berbicara, ia menenangkan. Ketika marah pun, ia tetap beradab.
4. Menjaga Diri dari Hal yang Subhat (Wara’)
Guru wara’ menjauhi perkara yang tidak jelas halal-haramnya. Ia menjaga lisannya, hartanya, makanannya, dan segala aktivitasnya agar tetap bersih. Karena bagaimana mungkin ilmu berkah, jika bersumber dari hal yang kotor?
5. Tawadhu (Rendah Hati)
Ilmu tidak akan masuk ke hati yang sombong. Maka seorang guru sejati akan senantiasa tawadhu, tidak merasa lebih tinggi dari murid, rekan, atau masyarakat. Ia sadar bahwa ilmu hanyalah titipan, bukan kebanggaan.
6. Khusyuk dalam Ibadah
Seorang guru yang khusyuk dalam ibadah akan memancarkan ketenangan batin. Ia menjadi teladan dalam mendekatkan diri kepada Allah. Murid tidak hanya melihatnya sebagai pengajar, tapi juga sebagai sosok yang dekat dengan Tuhan.
7. Menggantungkan Urusan kepada Allah
Ketergantungan pada makhluk melemahkan, tapi bergantung pada Allah menguatkan. Guru yang menyerahkan segalanya kepada Allah akan tenang dalam menghadapi masalah dan tidak mudah putus asa.
8. Tidak Menjadikan Ilmu sebagai Alat Duniawi
Ilmu bukan alat mencari popularitas, harta, atau jabatan. Guru yang benar tidak menjual ilmunya demi keuntungan pribadi. Ia mengajar karena cinta, karena amanah, bukan karena imbalan.
9. Tidak Menghormati Berlebih kepada Murid
Penghormatan harus proporsional. Jika berlebih, bisa merusak niat dan melemahkan otoritas guru. Hormat kepada murid tidak boleh sampai menjilat atau kehilangan kehormatan diri sebagai pendidik.
10. Zuhud dan Hidup Sederhana
Zuhud bukan berarti miskin, tapi tidak tergantung pada dunia. Guru zuhud hidup dengan cukup, tidak bermegah-megah, dan tidak silau dengan kemewahan. Fokusnya adalah ilmu dan ibadah, bukan harta dan status sosial.
11. Menjauhi Pekerjaan Hina
Guru harus menjaga martabatnya. Ia tidak melakukan pekerjaan yang bisa merendahkan dirinya di mata masyarakat, apalagi yang bertentangan dengan syariat. Ia memilih jalan hidup yang selaras dengan kehormatan ilmunya.
12. Menghindari Fitnah
Guru harus menjaga diri dari lingkungan dan ucapan yang bisa menimbulkan prasangka. Ia tidak ringan berkomentar, tidak suka bergosip, dan tidak mencampuri urusan yang bukan kewajibannya. Keheningan dan kehati-hatian adalah pelindungnya.
13. Menegakkan Syariat Islam
Guru bukan sekadar tahu syariat, tapi menegakkannya. Ia menjadi pelaku nyata dari ajaran Islam: menjaga salat, menutup aurat, jujur dalam muamalah, dan menjadi pelindung nilai-nilai Islam di lingkungan pendidikan.
14. Menghidupkan Sunnah dan Menjauhi Bid’ah
Menghidupkan sunnah adalah bentuk cinta kepada Rasulullah. Guru mengajarkan dan mempraktikkan adab-adab Nabi—dari cara makan, berpakaian, hingga akhlak dalam berinteraksi. Ia juga menjauhi amalan yang tidak bersumber dari syariat.
15. Menjaga Amalan Sunnah
Tidak cukup dengan ibadah wajib, guru memperbanyak sunnah: tahajud, dhuha, puasa sunnah, dzikir pagi petang. Amalan sunnah menjadi penopang ruhiyahnya, penjernih niat, dan sumber kekuatan jiwa.
16. Berakhlak Baik dalam Interaksi Sosial
Guru adalah wajah Islam di tengah masyarakat. Maka ia wajib berakhlak mulia: ramah, jujur, adil, tidak menyakiti, dan membantu sesama. Akhlaknya lebih kuat dari seribu ceramah.
17. Membersihkan Diri dari Akhlak Buruk
Sombong, dengki, riya, malas, kikir, marah berlebihan semua harus dibersihkan. Guru bukan hanya berilmu, tapi juga bersih dari penyakit hati. Ia adalah cermin yang jernih bagi murid-muridnya.
18. Terus Belajar dan Mengamalkan Ilmu
Ilmu adalah amanah. Guru yang berhenti belajar, berhenti tumbuh. Ia membaca, menulis, berdiskusi, menelaah kitab, dan menghadiri majelis. Ia juga mengamalkan ilmunya agar menjadi nyata, bukan sekadar teori.
19. Rendah Hati dalam Menerima Ilmu dari Siapa Saja
Guru sejati tidak malu belajar dari siapa pun, bahkan dari murid. Ia tidak membatasi sumber ilmu hanya pada gelar atau status. Ia sadar bahwa hikmah bisa datang dari mana saja.
20. Produktif Menulis dan Berkarya
Menulis adalah warisan. Guru yang menulis akan meninggalkan jejak kebaikan. Ia tidak hanya menyampaikan ilmu lisan, tapi juga dalam bentuk karya tulis, artikel, buku, atau catatan reflektif yang bisa diwariskan kepada generasi berikutnya.
Syekh Muhammad Hasyim Asy’ari mengajarkan bahwa kemuliaan guru terletak pada adabnya, bukan sekadar ilmunya. Ilmu yang tinggi namun tanpa adab akan menjadi fitnah, sedangkan ilmu yang sederhana namun dibarengi akhlak mulia akan menjadi cahaya.
Di tengah tantangan zaman, guru muslim dituntut untuk menjadi pelita: yang menuntun dengan ilmu, menyinari dengan adab, dan membimbing dengan kasih sayang. Dengan meneladani adab-adab yang telah diwariskan oleh ulama seperti Syekh Hasyim Asy’ari, semoga para guru di seluruh penjuru Nusantara bisa menjadi penjaga akhlak, pelurus jalan umat, dan pewaris para nabi yang penuh berkah. Wallahu’allam bishowwab….