Jalani Hidup Susah Hingga Sukses, Hepy Manopo Pernah Jualan Ikan
BANGGAI, OKENESIA.COM- Getirnya hidup bukan hal baru bagi Hepy Yeremia Manopo. Dibesarkan di keluarga kategori miskin tak membuat Hepy menyerah dengan keadaan.
Aklimatisasi, Hepy semacam mampu menyesuaikan diri dengan iklim, lingkungan, kondisi atau suasana baru yang menjadikannya berubah 180 derajat.
Gegap gempita Pilkada Banggai tahun ini menyisakan tiga bulan lebih. Akhir November, warga kabupaten bermotto ‘Momposaangu Tanga Mombulakon Tano’ akan menentukan pilihannya di bilik suara.
Di masa penantian ini, muncul nama Hepy. Nama lengkapnya Hepy Yeremia Manopo.
Mantan Bupati Banggai periode 2016-2021, Herwin Yatim yang kembali berikhtiar mencalonkan diri dengan menggandeng Hepy Yeremia Manopo sebagai bakal calon wakil bupati Banggai.
Kepastian Yatim-Hepy maju bertarung di kontestasi Pilkada Banggai diumumkan secara resmi di agenda deklarasi pasangan calon yang disingkat HY2M (paduan nama Herwin Yatim & Hepy Yeremia Manopo) di Sekretariat DPC PDI Perjuangan, Sabtu (10/8/2024) kemarin.
Agenda deklarasi pasangan calon dilanjutkan dengan agenda politik jalan santai bertajuk ‘Jalan Santai Pinasa’ di Teluk Lalong, Minggu (11/8/2024) pagi ini.
Lalu, tahukah anda siapa Hepy Manopo dengan sekelumit kisahnya? Hepy mengisahkan kehidupan kecil dan remajanya kepada pewarta usai Jalan Santai Pinasa.
Heppy Yeremia Manopo lahir di Desa Boras, Kecamatan Mantoh, Kabupaten Banggai.
Lahir pada tahun 1976. Hepy yang baru berusia tiga tahun, diboyong orang tuanya pindah di Desa Poroan, Kecamatan Lamala, Banggai pada tahun 1979.
Hanya dua tahun di situ. Pada tahun 1981 usia Hepy baru lima tahun, lagi-lagi orang tuanya pindah di Luwuk.
Di Luwuk, Hepy bersekolah di SDN Inpres Lumponyo. Lalu, melanjutkan pendidikan di SMP Kristen Luwuk. Ia tamat tahun 1991, saat itu usianya sudah menanjak remaja 15 tahun.
Kesadarannya terhadap status ekonomi orang tuanya sedari kecil. Buktinya, dalam kesehariannya itu, tubuh mungil Hepy harus berpeluh keringat. Ia bersedia menjadi penjual ikan menyusuri jalanan Kota Luwuk, Ibu Kota Kabupaten Banggai.
Dari hasil upah penjualan ikan dengan berjalan kaki, sebagian besar ia berikan kepada ibundanya. Upah yang tak seberapa itulah menjadi penyokong mengepulkan asap dapur.
Kondisi ekonomi keluarga Hepy memaksa dirinya tak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah menengah atas.
Ia akhirnya harus bekerja serabutan untuk membantu kebutuhan ekonomi keluarga. “Saya tidak bisa melanjutkan sekolah ke SMA, karena kondisi ekonomi orang tua,” kenang Hepy.
Keputusannya untuk tak melanjutkan pendidikan praktis hanya dilatari kesulitan ekonomi. Di benaknya ketika itu, tubuhnya yang mulai beranjak dari remaja menjadi dewasa, dia hanya akan menjadi mesin pencari uang. Titik, itu saja.
Kegigihannya membantu ekonomi orang tua, Hepy yang masih terbilang remaja memberanikan diri merantau ke Makassar, Sulawesi Selatan.
Di Kota Daeng, Hepy bekerja serabutan. Apa saja ia kerjakan. Di pikirannya yang penting mendapatkan uang. “Yang penting dapat uang,” kenang Hepy sembari tersenyum.
Kerja kerasnya bertahun-tahun tak sia-sia. Menjalani beragam jenis pekerjaan, Hepy akhirnya mendapatkan secercah harapan.
Dewi Fortuna berpihak padanya. Antara tahun 1995 hingga tahun 1997, ia mendapatkan kontrak pekerjaan menyuplai pupuk untuk Provinsi Sulteng.
Sayangnya, krisis ekonomi pada tahun 1997, pabrik pupuk akhirnya tutup, tak berproduksi lagi.
Heppy lalu banting setir menggeluti dunia marketing. Hingga ia sukses dikontrak perusahaan Sunlight asal Kanada.
Di tempatnya ia bekerja, Hepy mengikuti beragam pelatihan keterampilan, semisal pengembangan diri.
Hepy lalu ditempatkan oleh perusahaan asal Kanada itu sebagai kepala cabang di Palu.
Kenyang dengan pengalaman ketika di Palu, Hepy mencermati cukup beragam potensi yang dapat ia kembangkan.
Potensi itu adalah menjadi penyuplai material, seperti kerikil dan pasir untuk proyek-proyek infrastruktur di Kalimantan Timur (Kaltim).
Aura kesuksesannya mulai mantap setelah ia mempersunting gadis Makassar. Ia menikah tahun 2003. Setelah menikah, Hepy kembali lagi di Palu untuk melanjutkan bisnisnya menjadi penyuplai material.
Kesuksesannya menanjak. Ia lalu memboyong keluarganya pindah ke Kaltim. “Pindah ke Kaltim, kemudian memulai usaha di sana,” kata Hepy.
Konsentrasi bisnisnya beralih ke batubara. Ia mendirikan perusahaan bernama PT Core Mineral Resources.
Perusahaan yang ia pimpin merupakan perusahaan trading batubara. Ia menyuplai batubara ke Taiwan. Hingga ia memiliki konsesi tambang sendiri atau perusahaannya mengantongi izin penambangan mineral atau sumber daya alamnya.
Jiwa bisnisnya melekat dengan baik. Ketika ia kembali ke kampung halamannya di Kabupaten Banggai, Hepy melihat potensi tambang nikel di Desa Siuna, Kecamatan Pagimana.
Ia pun melebarkan sayap usahanya membuka tambang nikel di Siuna. Saat ini, usaha tambangnya sedang berproduksi.
Ketika bisnisnya berada di puncak, Hepy tersadar bahwa ia belum menyelesaikan jenjang pendidikan sekolah menengah atas. “Ternyata saya belum menyelesaikan skolah,” kata Hepy sambil terkekeh.
Ia tak berkecil hati. Hepy memutuskan mengambil Paket C di Samarinda. Dan melanjutkan pendidikan strata satunya di fakultas hukum di salah satu universitas di Samarinda.
“Satu pesan saya (ketika maju Pilkada), untuk menginspirasi. Jangan putus asa. Saya bukan terlahir dari keluarga kaya. Kalau sungguh-sungguh, dengan izin Tuhan, tidak ada yang tidak mungkin,” ungkapnya.
Jika dirinya terpilih, maka pengalaman yang telah mendidiknya itu akan diaplikasikan.
Hepy terbilang masih ‘hijau’ di dunia politik. Ketika di Kaltim, dirinya hanya tergabung di Pemuda Pancasila. Hanya sebagai pengurus.
Dari aktivitasnya sebagai pengurus Pemuda Pancasila, Hepy berkenalan dengan petinggi Partai Patriot. Belakang partai ini bergabung dengan salah satu partai yang di dalamnya terdapat Osman Sapta Odang sebelum menjadi Ketua Umum DPP Partai Hanura.
Sejak itulah, jaringan Hepy tersambung ke Osman Sapta Odang. Hingga sekarang. Itulah sebabnya, Hepy bisa mendapatkan rekomendasi Partai Hanura untuk berkoalisi dengan PDI Perjuangan di Pilkada Banggai.
Hepy juga mengungkap bahwa ia memiliki dua orang anak. Anak pertamanya saat ini sedang menjalani pendidikan di universitas ternama di Melbourne, Australia. Sedang anak keduanya masih berstatus sebagai pelajar di salah satu SMU di Samarinda.
“Saya menegaskan bahwa anak-anak kita itu harus mendapatkan pendidikan yang baik. Tidak seperti saya,” kata Hepy. (top)