Basri Marzuki, Fotografer Senior Berbagi Tips Foto Jurnalistik Agenda DSLNG

0

BANGGAI, OKENESIA.COM- Basri Marzuki, fotografer senior membagikan pengalamannya di agenda ‘Sesi Berbagi Fotografi Jurnalistik & Industri’. Agenda yang dihadiri sejumlah pewarta media cetak dan online di Kabupaten Banggai diinisiasi PT DSLNG, berlangsung di Hotel Swissbell, Luwuk, Kamis (1/11/2024).

Mantan wartawan Harian Umum Radar Sulteng ini menampilkan hasil karya jepretannya sendiri serta foto milik lainnya dalam menyampaikan materinya.

Basri yang karib disapa BMZ (singkatan nama Basri Marzuki) ini menjelaskan bahwa dalam foto jurnalistik, penerapan prinsip dan etika sangat penting karena akan memengaruhi bagaimana pesan yang terkandung dalam foto tersebut dipahami oleh khalayak.

Elemen-elemen utama dalam foto jurnalistik, memenuhi unsur 5W+1H sama seperti dalam proses pembuatan berita.

Setiap foto jurnalistik idealnya harus mengandung elemen 5W+1H (What, Who, When, Where, Why, dan How) agar pesan yang disampaikan jelas dan mendalam.

Ini memungkinkan penonton memahami konteks secara menyeluruh hanya dengan melihat foto tersebut, seperti foto Teluk Lalong yang kotor dan sampahnya, yang akan memberikan gambaran nyata kondisi di lokasi.

Foto memiliki karakter. Yakni, kebenaran dan tanpa manipulasi. Foto jurnalistik harus mencerminkan kebenaran tanpa manipulasi yang bisa mengaburkan fakta.

Menghilangkan elemen-elemen yang penting dalam foto, seperti sampah di Teluk Lalong tidak bisa dimanipulasi agar terlihat bersih.

Berikutnya, relevansi dan empati. Foto harus berkesesuaian dengan konteks peristiwa yang terjadi dan tetap memperhatikan aspek empati.

Fotografer tidak boleh hanya berfokus pada aspek teknis, tetapi juga harus memahami dampak sosial dari foto yang dipublikasikan.

BMZ sempat memperlihatkan foto keluarga terduga teroris tanpa pemikiran lebih lanjut bisa berdampak negatif pada kehidupan mereka. Dalam foto itu seorang anak gadis dan kakeknya menangis usai menjenguk jenazah di Rumah Sakit Polda Sulteng.

Keesokan harinya, foto tersebut tayang di berbagai media. Namun, sang gadis yang berada dalam foto tersebut tak bersekolah, karena malu dicap sebagai anak teroris.

Basri akhirnya harus berangkat menuju Poso untuk meminta maaf kepada keluarga. Dari foto itu, Basri mengakui, telah merugikan masa depan anak gadis tersebut.

Kategori foto jurnalistik dijelaskan Basri. Yakni, spot news. Peristiwa mendadak yang mengandalkan keberuntungan dalam pengambilan gambar. Kecepatan dan kesiapan fotografer sangat diperlukan.

General news. Kategori ini lebih terencana, misalnya acara pelepasan cardinal fish di Teluk Lalong, sehingga memungkinkan fotografer untuk menyiapkan komposisi yang baik.

Ia menyadari, fotografer itu adalah manusia biasa. Dalam dua kejadian di waktu yang sama, maka fotografer akan memilih hal penting. Kebakaran misalnya, fotografer akan memotret kobaran api. Jika terlambat dalam pengambilan gambar, maka berikutnya adalah mengais barang. Jika fotografer terlambat, maka dapat mengambil gambar kemana korban pemilik rumah mengungsi. Jadi, tetap akan ada momen yang dapat diabadikan.

Contemporary Issues. Isu-isu kekinian dengan nilai etika dan privasi yang perlu dipertimbangkan.

Daily life. Momen keseharian yang mengandung unsur empati, seperti aktivitas masyarakat.

People observed/staged portraits. Foto yang menampilkan individu atau kelompok, baik secara alami maupun terarah.

Basri menjelaskan bahwa Unsur emosi dan pengendalian diri. Fotografer sering dihadapkan dengan situasi sulit atau emosional di lapangan. Mereka harus mampu menjaga kestabilan emosi dan tetap profesional agar foto yang dihasilkan tetap objektif.

Teknik dan komposisi fotografi. Faktor teknis seperti sudut pengambilan gambar, posisi kamera (vertikal atau horizontal), latar depan dan belakang, serta komposisi foto harus diperhatikan untuk menghasilkan gambar yang informatif.

Pengetahuan tentang waktu terbaik mengambil gambar dari berbagai sudut juga penting.

Berikutnya, identifikasi subjek. Identifikasi subjek adalah hal penting dalam foto jurnalistik untuk memberi konteks yang tepat. Empati harus dijadikan panduan agar foto tidak hanya “menceritakan,” tetapi juga “bercerita dengan tanggung jawab.”

Fotografer wajib mematuhi ketentuan. Misalnya, off the record, maka wajib ditaati. Fotografer dapat mengakalinya.

Foto jurnalistik yang baik tidak hanya menyampaikan cerita, tetapi juga menghormati martabat subjek yang diambil dan memiliki dampak sosial yang positif, tanpa mengorbankan kebenaran. (top)

Comments
Loading...
error: Content is protected !!