460 Hari Genosida, Jalur Gaza di Ambang Kehancuran Total
JAKARTA, OKENESIA.COM- Di tengah krisis kemanusiaan yang semakin memburuk, statistik terbaru yang dirilis oleh Biro Media Pemerintahan Palestina mengungkap dampak mengerikan dari genosida yang dilakukan penjajah Israel selama 460 hari di Jalur Gaza.
Kepala Biro Media Pemerintah Palestina di Gaza, Ismail Abu Tsawabitha, Rabu (8/1/3025) seperti dikutip dari saluran informasi Gaza Now mengungkap laporan yang mencerminkan kehancuran besar-besaran, penderitaan jutaan warga sipil, dan pelanggaran hak asasi manusia yang tidak terhitung.
Sebanyak 45.936 warga Palestina dilaporkan tewas, termasuk 17.841 anak-anak dan 12.298 wanita. Lebih dari 35.000 anak menjadi yatim piatu, sementara 12.132 perempuan kehilangan suami mereka.
Tragisnya, 70 persen korban jiwa adalah anak-anak dan wanita, menunjukkan skala kekejaman yang tidak mengenal batas.
Lebih dari 2 juta orang terpaksa mengungsi, hidup di tenda-tenda yang tidak layak huni. Kelaparan, gizi buruk, dan penyakit menular seperti hepatitis terus meningkat, dengan lebih dari 2,1 juta orang terinfeksi.
Layanan kesehatan lumpuh total, dengan 34 rumah sakit dan 80 pusat kesehatan berhenti beroperasi akibat serangan.
Ismail mengungkap bahwa hampir 88 persen wilayah Gaza hancur, dengan 161.600 rumah rata dengan tanah dan 194.000 rumah lainnya mengalami kerusakan berat. Sekolah, masjid, dan gereja hancur, termasuk 823 masjid dan 136 sekolah yang hancur total. Kerugian awal akibat kehancuran ini diperkirakan mencapai 37 miliar dolar AS.
Laporan ini telah memicu kecaman dari berbagai organisasi internasional yang menyerukan penghentian segera kekerasan dan pemberian akses bantuan kemanusiaan tanpa syarat ke Gaza. Para pengamat menyebut situasi ini sebagai salah satu krisis kemanusiaan terburuk abad ini.
“Setiap hari adalah mimpi buruk. Kami kehilangan keluarga, rumah, dan harapan,” ujar Ahmad, seorang penyintas yang kini tinggal di kamp pengungsi. “Dunia harus membuka mata dan mendengar jeritan kami,” katanya lagi.
Meski dihantam krisis, semangat rakyat Palestina tetap bertahan. Solidaritas dari berbagai penjuru dunia terus mengalir, memberikan harapan bagi masa depan yang lebih baik.
Namun, apakah dunia akan mengambil tindakan nyata sebelum semuanya terlambat? (top/Ultrapalestine/gazanow)