Ketika Kesucian Bukan Soal Tempat, Melainkan Amal & Hati

0

OLEH: Iswan Kurnia Hasan, LC, MA

(Pimpinan Umum Okenesia.com/Direktur Alqurann Institute Banggai)

 

Dalam kitab “Al-Muwattha'” yang dikarang oleh Imam Malik, disebutkan bahwa sahabat Abu Darda Radillahu Anhu. pernah menulis surat kepada sahabat Salman Al-Farisy Radhiallahu Anhu. Salah satu di antara bunyi surat tersebut adalah mengajak Salman Al-Farisy untuk mengunjungi tanah suci.

Salman Al-Farisy kemudian menjawab ajakan tersebut dengan mengatakan, “Sesungguhnya sebuah tanah tidak akan mensucikan seorang manusia, yang bisa mensucikan seorang manusia hanyalah amalnya”.

Terkadang kita terdorong untuk mensucikan diri karena faktor di luar kita. Perlu seorang teman yang baik, yang dapat membimbing untuk bisa hijrah. Perlu suasana yang syahdu untuk bisa larut membaca Alquran berjam-jam. Perlu tempat seperti Masjidil Haram untuk bisa khusyuk dalam salat. Perlu duduk di Raudhah Masjid Nabawi untuk bisa doa sambil menangis.

Padahal yang utama adalah faktor internal manusia itu sendiri. Kitalah yang harus menjadi teman yang baik, untuk mengajak hijrah orang lain. Kitalah yang memulai tilawah dan menciptakan suasana agar orang lain juga bisa tilawah bersama dengan kita. Kitalah yang harus salat dengan khusyuk, sehingga saat sujud menjadi sangat dekat dengan Allah Swt. Tidak perlu ke Masjidil Haram atau Masjid Nabawi untuk bisa lebih khusyuk.

Sama seperti salat Tarawih yang dilaksanakan di salat satu masjid di Khan Younis Gaza ini. Suasana tarawih yang syahdu, suasana berjamaah yang khusyuk, tetap ada sekalipun masjid hanyalah tinggal puing-puingnya.

Suatu saat nanti, kita tidak bisa lagi mengandalkan teman. Kita tidak bisa lagi menyalah suasana. Kita tidak bisa bermodalkan kesucian sebuah tempat karena Allah hanya akan menerima amal kita saja, “(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (Asy-Syuara 88 sd 89). (***)

Comments
Loading...
error: Content is protected !!