JOB Tomori Tak Pernah Perbaiki Jalan Rusak di Bekas Galian Pipa
BANGGAI, OKENESIA.COM- Satu per satu fakta menyeruak ke permukaan. Pernyataan manajemen JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi (JOB Tomori) bahwa aktivitas hilir mudik kendaraan di Desa Sinorang, Kecamatan Batui Selatan hanya berukuran kecil untuk kepentingan antar jemput operator, nampaknya tidak sesuai kenyataan.
Betapa tidak, infrastruktur jalan di Sinorang menjadi rusak parah seperti saat ini, buntut aktivitas perusahaan. Kondisi jalan saat musim penghujan, jalanan itu seperti kubangan. Sebaliknya, saat musim panas, jalanan menjadi berdebu.
Saat proses penggalian pipa, JOB Tomori merusak jalan. Panjang sekira 8 meter dan lebar sekira 3 meter. Setelah digali dan pipa ditanam, jalanan yang semula beraspal tidak diperbaiki. Inilah salah satu bukti kuat bahwa JOB Tomori berkontribusi terhadap kerusakan infrastruktur jalan Desa Sinorang.
Korlap Kampung Tikungan Gerakan Sinorang Sintuvu, Rinto menyebut bahwa jalan mulai dirusak oleh pihak JOB Tomori untuk kepentingan penanaman pipa gas pada periode Aziz T. Parman sebagai Kepala Desa Sinorang, sekitar akhir tahun 2014.
Belum lagi, aktivitas kendaraan berkekuatan puluhan ton, semisal alat berat dan mobil pengangkut pipa lalulalang di desa tersebut. Beban berat kendaraan yang melintas tak sepadan dengan kualifikasi jalan.
Kepala Desa Sinorang, Mursalim pun mengakui bahwa kendaraan berat milik JOB Tomori menjadi pemicu kerusakan jalan. “Kalau masyarakat yang pakai roda dua atau roda empat, mana mungkin ada lubang-lubang di situ,” aku Kades Mursalim.
JOB Tomori mulai beraktivitas di Sinorang tahun 2000. Jalan Sinorang yang berstatus sebagai jalan kabupaten dibangun sekira tahun 2000 pula. Tahun 2000, jalannya masih lapem. Sementara jalan lapem itu ditindih oleh kendaraan berat dan alat berat, sejenis bomax, tentu saja tidak mampu menahan beban.
Wakil Jenderal Lapangan Sinorang Sintuvu, Parto Hamis menyebut bahwa khusus jalan, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKSS), JOB Tomori, perusahaan plat merah yang beraktivitas di Desa Sinorang belum pernah melakukan perbaikan. Bahkan kata Parto, selama kurun waktu 25 tahun JOB Tomori beraktivitas di Desa Sinorang, belum pernah melakukan perbaikan fasilitas jalan.
Di Sinorang terdapat Senoro 2 dan Senoro 4. Pihak perusahaan menggunakan jalan Sinorang. Ketika jalanan Sinorang masih beraspal, JOB Tomori sengaja merusak jalan tersebut untuk kepentingan penanaman pipa.
Meskipun faktanya merusak fasilitas jalan, tapi kepedulian perusahaan untuk memperbaikinya tak diwujudkan. “Sampai sekarang itu rusak parah. Dan itu salah satu (bukti kontribusi perusahaan merusak fasilitas infrastruktur jalan). Harusnya perusahaan itu bertanggun gjawab. Mobil, alat berat yang sering keluar masuk itu salah satu pemicu kerusakan jalan. Kalau mobil selain milik perusahaan (JOB Tomori, red) itu mobil angkutan lainnya seperti truck pengangkut pasir,” tutur Parto via telepon genggamnya kepada Okenesia.com, belum lama ini.
Atas kondisi tersebut, warga Desa Sinorang yang tergabung dalam Sinorang Sintuvu bereaksi. Gerakan Sinorang Sintuvu hanya membentangkan spanduk bertuliskan beragam keluhan dan tuntutan.
Aksi 1.000 spanduk dan penggalangan 1.000 tandatangan dari luar warga Desa Sinorang sebut Parto, merupakan aksi lanjutan dan telah berlangsung selama sepekan lebih. Gerakan warga ini kata Parto, menekankan kepada Pemda Banggai dan JOB Tomori, menuntut perbaikan jalan Sinorang, agar diaspal.
Aksi warga diakui Parto masih bertahap. Kali ini, tidak blokade jalan. Meskipun sudah dimediasi dengan bertemu langsung Bupati Amirudin, tapi warga merasa solusi janji penyediaan anggaran sekira Rp1,5 miliar untuk pembangunan jalan di Sinorang, membuat warga merasa tidak pusa. Sebab, anggaran senilai Rp1,5 miliar hanya mampu membiayai pembangunan jalan berjarak 1 KM atau bahkan kurang dari itu. Padahal panjang jalan di Sinorang itu sekitar 5 KM.
Janji itu tukas Parto, masyarakat merasa tidak puas. Lagi pula, penyediaan anggaran pembangunan jalan baru sebatas janji direalisasikan tahun ini. “Karena belum puas, kita mencoba penekanan ke JOB,” ungkap Parto.
Bentuk penekanan itu membentangkan gerakan seribu spanduk. Spanduk itu mereka pajang di berbagai titik. Spanduk-spanduk itu bentuk penyampaian yang dipajang mulai dari jalan masuk sampai jalan yang rusak parah.
Untuk memperkuat perjuangan itu, mereka meminta dukungan masyarakat dari luar warga Sinorang dengan gerakan 1000 tandatangan. Rupanya, permintaan dukungan dari luar warga Sinorang mendapatkan respon cukup bagus. Warga dari Batui, Gori-Gori dan Desa Bonebalantak, ikut berpartisipasi membubuhkan tandatangan. (top)