3 Archer Sulteng Siap Harumkan Bangsa di Kejuaraan Dunia Fetih Kupası Turki

0

BANGGAI, OKENESIA.COM- Tiga atlet pemanah tradisional asal Sulawesi Tengah resmi terpilih mewakili Indonesia dalam Kejuaraan Dunia Panahan Tradisional Fetih Kupası yang akan digelar di Istanbul, Turki, pada 22 Mei hingga 1 Juni 2025.

Mereka adalah Abu Fazly alias Purnama, Abu Alifah alias Muhardin, dan Mama Kembar alias Nopiana.

Ketiganya akan bergabung dengan atlet panahan tradisional lainnya dari berbagai penjuru dunia dalam ajang tahunan paling bergengsi untuk panahan tradisional tersebut.

Purnama dan Nopiana terpilih melalui proses seleksi yang diselenggarakan oleh Mumtas (Muslim Traditional Archery) Sulawesi Tengah. Sementara Muhardin berhasil lolos setelah menjadi juara dalam ajang Bosara Open Tournament yang berlangsung di Luwu Timur, Sulawesi Selatan.

Dalam kejuaraan ini, Abu Fazly dan Abu Alifah akan turun di kelas ground 50 meter putra, sedangkan Nopiana akan bertanding di kelas ground 50 meter putri.

Ketua Fespati Banggai, H. Iswan Kurnia Hasan, Lc., MA., menyampaikan harapannya agar ketiga atlet dari Sulawesi Tengah dapat memberikan hasil terbaik.

“Semoga dengan doa dari masyarakat Sulawesi Tengah, ketiga atlet pemanah dari Sulteng akan berprestasi, mengharumkan nama bangsa dan khususnya nama Sulawesi Tengah di ajang internasional,” ujar Iswan.

Fetih Kupası, yang berarti “Piala Penaklukan”, merupakan turnamen internasional yang diselenggarakan untuk mengenang penaklukan Istanbul (dahulu Konstantinopel) oleh Sultan Mehmed II pada tahun 1453.

Ajang ini tidak hanya menjadi arena kompetisi, tapi juga simbol warisan sejarah dan budaya panahan tradisional dunia.
Fetih Kupası dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Conquest Cup yang dalam bahasa Indonesia berarti Piala Penaklukan. Ajang ini merupakan sebuah turnamen internasional panahan tradisional yang diadakan setiap tahun di Istanbul, Turki.

Nama “Fetih Kupası” atau “Piala Penaklukan” merujuk pada peristiwa bersejarah yang sangat penting bagi Turki, yaitu penaklukan Istanbul (dahulu Konstantinopel) oleh Sultan Mehmed II pada tahun 1453. Penaklukan ini menandai berakhirnya Kekaisaran Bizantium dan awal dari era baru bagi Kekaisaran Utsmaniyah.

Sultan Mehmed II, yang dikenal sebagai “Mehmed Sang Penakluk” (Fatih Sultan Mehmet), memainkan peran kunci dalam mengubah wajah sejarah Eropa dan Asia.

Dengan memilih nama ini, Fetih Kupası berfungsi sebagai pengingat abadi akan pencapaian bersejarah ini dan kontribusi besar Kekaisaran Utsmaniyah terhadap budaya, ilmu pengetahuan, dan seni, termasuk seni panahan. (top/*)

Comments
Loading...
error: Content is protected !!