Setahun Perang Genosida, Puluhan Ribu Nyawa Warga Palestina Tewas

0

JAKARTA, OKENESIA.COM- Perang genosida yang dilancarkan militer Israel terhadap warga Jalur Gaza, Palestina telah berlangsung selama kurun waktu setahun, sejak meledak tanggal 7 Oktober 2023.

Setahun perang yang tak berkesudahan telah merenggut puluhan ribu nyawa tak berdosa meregang nyawa.

Di momen setahun perang Jalur Gaza, Direktur Jenderal Kantor Media Pemerintah, Ismail Tsawabutha menyampaikan beberapa poin.

“Satu tahun telah berlalu sejak berlangsungnya kejahatan dan perang genosida yang dilancarkan oleh tentara pendudukan “Israel” terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza. Satu tahun penuh pembunuhan, pemusnahan, penghancuran, dan pengusiran paksa. Kejahatan-kejahatan ini didukung oleh pemerintah Amerika Serikat dan kekuatan-kekuatan penindasan global,” tutur Ismail Abu Tsawabutha dalam rilis yang diterima Okenesia.com, Senin (7/10/2024).

Militer Israel terus membunuh lebih banyak korban, terutama anak-anak dan perempuan, tanpa alasan yang sah. Dalam satu tahun ini, jumlah korban telah mencapai lebih dari 150.000 orang, di antaranya lebih dari 51.800 orang tewas dan hilang. Dari jumlah tersebut, lebih dari 41.800 korban telah dibawa ke rumah sakit sebagai jenazah, sementara lebih dari 10.000 korban masih terjebak di bawah reruntuhan bangunan yang hancur, dan hilang tanpa diketahui nasibnya.

“Militer Israel telah membunuh lebih dari 16.000 anak Palestina, termasuk 171 bayi yang lahir dan syahid selama perang genosida. Juga, lebih dari 11.400 perempuan terbunuh. Israel telah memusnahkan 902 keluarga Palestina, di mana semua anggotanya terbunuh dan dihapus dari catatan sipil, dalam kejahatan yang mencoreng kemanusiaan,” ungkap Ismail.

Pemerintah Amerika Serikat terus memberi dukungan kepada pendudukan dengan berbagai jenis senjata, bom, roket, dan pesawat untuk menghapus seluruh blok perumahan dan lingkungan, dalam lebih dari 3.600 pembantaian yang brutal dan mengerikan.

Sementara masyarakat internasional, organisasi internasional, serta negara-negara Arab dan Islam hanya menyaksikan aliran darah yang mengalir di Jalur Gaza tanpa melakukan tindakan apapun dan tanpa mengambil sikap praktis terhadap bencana bersejarah di era modern ini.

Kondisi kemanusiaan di Jalur Gaza semakin memburuk. Krisis semakin mendalam, semakin parah, dan menjadi lebih tragis.

Kebijakan penutupan perlintasan dan larangan memasukkan bantuan, obat-obatan, peralatan medis, serta barang kebutuhan lainnya telah mengancam krisis pangan yang semakin parah. Ini memperkuat kebijakan kelaparan dan kekurangan gizi, terutama terhadap ribuan anak yang dilarang mendapatkan susu, suplemen gizi, vaksinasi, dan perawatan medis.

“Lebih dari 2 juta pengungsi hidup dalam kondisi sangat sulit tanpa akses hidup layak. Di antara mereka menyebar puluhan penyakit berbahaya, termasuk polio, hepatitis virus, penyakit kulit, pernapasan, dan pencernaan, serta banyak penyakit lain yang menyebabkan peningkatan jumlah kematian alami hingga lebih dari enam kali lipat dibandingkan sebelum perang genosida,” ungkap Ismail.

Militer Israel secara langsung menargetkan pusat-pusat penampungan dan pengungsian, dengan membombardir 187 pusat tersebut dan membunuh lebih dari 1.060 pengungsi di dalamnya.

Tenda-tenda para pengungsi, berjumlah 100.000, sudah rusak selama setahun penuh penderitaan, tragedi, dan kejahatan ini.
Mereka menunggu bantuan dari dunia internasional untuk mendapatkan tempat tinggal yang bisa melindungi mereka dari panas musim panas dan dinginnya musim dingin mendatang. Kami telah meluncurkan puluhan seruan kemanusiaan, tetapi tak ada tanggapan,” urai Ismail. (top/*)

Comments
Loading...
error: Content is protected !!