JAKARTA, OKENESIA.COM- Sebuah aksi mengharukan terekam di perbatasan Rafah, antara Mesir dan Jalur Gaza, ketika seorang pria yang merupakan perawat asal Inggris bersimpuh di hadapan aparat keamanan Mesir, memohon agar perbatasan dibuka demi misi kemanusiaan di Palestina.
Aksi itu dikabarkan terjadi pada Minggu pekan kemarin dan menjadi viral di berbagai media sosial serta platform berita Timur Tengah.
Dalam video yang beredar luas, pria yang tidak disebutkan namanya itu terdengar memohon dengan suara bergetar dan mata berkaca-kaca.
“Tolong, aku akan berlutut dan aku memohon padamu izinkan kami berbaris ke Palestina. Aku mohon, aku akan berlutut dan aku akan meminta kepadamu untuk orang-orang ini. Saya orang yang bangga dan saya seorang perawat. Saya sendiri yang membayar untuk pergi ke Palestina,” ujarnya sambil menangis tersedu.
Dengan penuh emosional, perawat tersebut menggambarkan penderitaan yang dialaminya saat menyaksikan langsung krisis kemanusiaan di Gaza.
Ia mengaku pernah mendapati bayi tewas dalam pelukannya dan menyaksikan perempuan hamil ditembak di hadapannya.
“Saya memiliki bayi yang mati di pelukan saya. Mereka (tentara Israel) menembak wanita hamil di depan saya. Untuk cinta kemanusiaan, untuk cinta Islam,” katanya sambil menatap tajam barisan polisi Mesir yang berjaga di gerbang perbatasan Rafah.
Pria tersebut menyerukan pentingnya solidaritas lintas iman dalam menyikapi penderitaan rakyat Gaza. Dengan suara yang mulai meninggi, ia berkata:
“Tolong jangan lakukan ini, izinkan kami untuk berbaris ke Gaza. Kami adalah orang yang damai, kami adalah orang baik, kami Muslim, kami Kristen, kami Ateis, kami Yahudi. Kita adalah kemanusiaan. Kami di sini untuk kemanusiaan. Untuk apa kamu di sini? Untuk kemanusiaan dan untuk cinta, berdirilah bersama saudara-saudaramu di Palestina.”
Aksi perawat Inggris ini menggambarkan kepedihan sekaligus frustrasi para relawan internasional yang tertahan di perbatasan Mesir, tak mampu menembus Jalur Gaza yang tengah terkepung akibat blokade ketat sejak pecahnya konflik terbaru antara Israel dan kelompok-kelompok perlawanan Palestina.
Sampai saat ini, perbatasan Rafah menjadi satu-satunya pintu keluar-masuk utama bagi bantuan kemanusiaan ke Gaza dari sisi Mesir. Namun, akses ini kerap ditutup atau dibatasi dengan alasan keamanan.
Meningkatnya tekanan internasional menuntut Mesir membuka gerbang Rafah kini kembali mengemuka, terlebih setelah sejumlah lembaga kemanusiaan dan PBB melaporkan bahwa rumah sakit-rumah sakit di Gaza kehabisan pasokan medis, air bersih, dan makanan.
Menurut laporan terbaru dari World Health Organization (WHO), lebih dari separuh fasilitas kesehatan di Gaza kini tak lagi berfungsi. Sementara itu, UNICEF menyebutkan lebih dari 3.000 anak diperkirakan mengalami malnutrisi akut akibat terputusnya jalur bantuan.
Aksi heroik dan emosional perawat asal Inggris ini menjadi simbol seruan dunia terhadap pentingnya solidaritas dan kemanusiaan di tengah krisis yang tak kunjung reda di Gaza. (top/*)