Korban Agresi Militer Israel Terus Bertambah, 18.205 Warga Syahid, 49.645 Terluka
JAKARTA, OKENESIA.COM- Korban gugur syahid warga Jalur Gaza, Palestina terus bertambah. Hingga Senin (11/12/2023) atau hari ke 66 agresi militer Israel terhadap Gaza, jumlah korban meninggal mencapai 18.205, sementara 49.645 mengalami luka-luka. Demikian rilis Biro Media Pemerintah yang dilaporkan Juru Bicara Kementerian Kesehatan di Gaza, dr. Ashraf Al-Qudra, Senin (11/12/2023).
Ashraf menyebut bahwa selama beberapa jam terakhir, militer Israel telah melakukan 19 pembantaian dan genosida yang mengerikan di lingkungan pemukiman dan tempat penampungan di semua wilayah. Termasuk wilayah yang diklaim aman oleh Pendudukan Israel.
Kemarin, dalam sehari 208 orang syahid dan 416 orang terluka tiba di rumah sakit. Dan sejumlah besar korban masih berada di bawah reruntuhan dan di jalan.
Pendudukan Israel masih menghalangi ambulans untuk menjangkau mereka, dan korban luka terus mengalami pendarahan hingga meninggal.
“Jumlah korban agresi Israel telah meningkat menjadi 18.205 orang syahid dan 49.645 orang luka-luka sejak tanggal 7 Oktober lalu,” ungkap Ashraf.
Pendudukan Israel dengan sengaja menargetkan 137 institusi dan membuat 22 rumah sakit dan 46 pusat perawatan primer tidak dapat beroperasi. Israel dengan sengaja menghancurkan sistem kesehatan di Gaza utara, menewaskan ratusan orang yang terluka dan sakit serta menempatkan penduduk dalam siklus kematian.
Tiga puluh enam petugas kesehatan yang dipimpin oleh dr. Muhammad Abu Salamiya, Direktur Jenderal Kompleks Medis Al-Shifa ditangkap, dalam kondisi yang tidak manusiawi.
Agresi Israel terhadap sistem kesehatan menyebabkan kematian 296 petugas kesehatan dan ratusan lainnya luka-luka.
Ashraf menyerukan kepada lembaga-lembaga kemanusiaan dan serikat kesehatan di seluruh dunia untuk mengadakan acara (Pekan Solidaritas dengan Sektor Kesehatan) dan mengecam kejahatan pendudukan Israel terhadap sistem kesehatan.
“Kami menyerukan tim medis khusus di seluruh dunia untuk mencapai Jalur Gaza untuk menyelamatkan yang terluka, terutama ahli bedah ortopedi. Kami menegaskan bahwa mekanisme yang digunakan untuk mengevakuasi korban luka lemah dan tidak ada gunanya, dan ratusan korban luka telah tewas saat menunggu giliran untuk dirawat di luar negeri. Kami menuntut agar ditemukan mekanisme yang efektif untuk pengobatan di luar negeri guna menyelamatkan nyawa korban luka. Dan kami menyerukan semua negara untuk berupaya menerima ratusan korban luka di rumah sakit mereka,” pinta Ashraf.
Situasi kesehatan di tempat penampungan sangat buruk dan memilukan. Ashraf mengaku khawatir, ratusan ribu orang akan terkena risiko kematian. Terutama kelompok rentan, akibat penyebaran epidemi, penyakit menular, kekurangan gizi, dan kekurangan air minum serta kebersihan pribadi.
Tim kesehatan menindaklanjuti 325.000 kasus penyakit menular yang tiba di fasilitas kesehatan dari pusat penampungan dan jumlah ini terus bertambah. Dialah yang mampu menjangkau puskesmas, dan jumlah sebenarnya akan lebih dari itu, sehingga menandakan bencana kesehatan yang fatal.
“Kami menyerukan kepada lembaga-lembaga internasional untuk segera bekerja menyediakan semua kebutuhan hidup dan kesehatan serta menyediakan layanan kesehatan di pusat-pusat penampungan. Terutama untuk menindaklanjuti kasus-kasus perempuan hamil, anak-anak, orang yang sakit kronis, terluka, dan psikologis,” ungkapnya.
Ia menyerukan kepada mitra kerja kesehatan untuk mendirikan titik medis dan klinik keliling untuk memberikan layanan kesehatan kepada ribuan pengungsi di wilayah barat Khan Yunis dan Rafah.
Militer Israel terus mengontrol volume, kualitas dan jalur bantuan medis dan menggunakannya sebagai senjata untuk membunuh lebih banyak orang yang terluka dan sakit. Kepada lembaga internasional untuk menyediakan koridor kemanusiaan yang aman, yang menjamin aliran bantuan medis dan bahan bakar dan aksesnya ke semua rumah sakit di Jalur Gaza.
Kepada seluruh institusi untuk segera bekerja menyediakan obat-obatan dan kebutuhan bahan bakar untuk mengoperasikan rumah sakit di Gaza utara, yang dipimpin oleh Kompleks Medis Al-Shifa. Untuk merawat ribuan orang yang terluka, sakit, bersalin, dan anak-anak di Gaza utara.
“Kami menyerukan kepada kepresidenan dan pemerintahan Turki untuk memulai kembali Rumah Sakit Persahabatan Turki untuk merawat pasien kanker yang kehilangan nyawa mereka di pusat penampungan, karena rumah sakit tersebut tidak berfungsi lagi dan ketidakmampuan memberikan layanan pengobatan kepada mereka di tempat lain,” pinta Ashraf.
Kepada semua negara dan institusi kesehatan untuk mendirikan rumah sakit lapangan di seluruh wilayah Jalur Gaza untuk mendukung sistem kesehatan yang sengaja ditargetkan dan dihancurkan oleh Pendudukan Israel. (top/**)