Bye, Syukron & Narasi Propaganda
OLEH: SUTOPO ENTEDING
Dua kata ini ‘bye & syukron’ menjadi kata paling trendi di timeline seluruh jejaring sosial seantero jagat. Bye adalah kata Bahasa Inggris yang bermakna ‘selamat tinggal’ dan syukron adalah kata Bahasa Arab yang bermakna ‘terima kasih’. Tulisan ini diolah dari berbagai sumber dan ulasan video.
Paduan dua kata ini diungkap Maya Regev, gadis remaja Israel tawanan Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam, Hamas itu di detik-detik pelepasan sandera. Kalimat singkat ditujukan kepada Brigade Al-Qassam yang melepas kepergiannya menumpangi mobil milik Palang Merah Internasional di prosesi pertukaran tawanan Hamas dengan warga Palestina, tahanan penjara Israel.
Saat melepas Maya, salah satu dari empat Brigade Al-Qassam yang mengawalnya melepas ungkapan “Bye Maya,”. Ucapan pejuang Palestina ini sambil melambaikan tangan kanannya, tanda perpisahan.
Ucapan pejuang itu dibalas Maya. “Bye, syukron,” balas Maya dengan pandangan mata ke arah sang pejuang dan sedikit melempar senyum.
Maya, gadis berambut panjang berusia 21 tahun itu dibaringkan di kendaraan Palang Merah dengan senyum terlukis di bibirnya. Kaki Maya terluka. Ia menggunakan tongkat di sisi kanan dan kiri untuk menopangnya.
Momen perpisahaan itu berlangsung amat singkat di bawah temaramnya malam. Maya sepertinya terkena stokholm syndrome atau sebuah kondisi ketika seseorang yang menjadi sandera justru menaruh simpati pada orang yang menyanderanya.
Fenomena serupa bukan hanya terjadi di diri Maya. Terhadap tawanan lainnya, pejuang Palestina memperlakukan mereka secara manusiawi.
Tulisan ini hanya mengutip beberapa fakta di balik pelepasan sandera. Satu di antaranya adalah gadis berkacamata sembari memeluk anjing, hewan peliharaannya dilepas pejuang Palestina. Demikian halnya ketika nenek berusia 65 tahun digendong pejuang Palestina menaiki mobil palang merah.
Tak perlu narasi untuk mengurai penjelasan momen pelepasan sandera. Cukuplah video pelepasan sandera itu sudah menarasikan sepenuhnya. Belum cukup dengan itu? Ada pula pengakuan salah satu sandera yang juga berusia senja. Bagaimana ia menukilkan perlakuan pejuang Palestina yang memberikan perawatan intensif, menyediakan makanan yang juga menjadi makanan pejuang Palestina.
Ada juga salah satu bocah menjadi tawanan Hamas. Lalu, oleh militer Israel mengabarkan kepada kedua orang tuanya bahwa anaknya itu telah dibunuh Hamas secara keji. Pada faktanya, anak tersebut dibebaskan dan kembali ke pangkuan orang tuanya, dalam kondisi sehat bugar tanpa kurang satu apa pun.
Tatapan mata mereka tak bisa dibohongi. Ada kebahagiaan terpancar di wajah mereka. Propaganda yang menarasikan bahwa Hamas memperlakukan sandera secara keji dan tanpa perikemanusiaan runtuh seketika. Bayangan kematian sandera setelah ditawan pejuang Palestina, mentah. Faktanya, narasi tindakan keji Hamas murni propaganda belaka. Tanpa bukti.
Di lain sisi, justru warga Palestina yang menjadi tahanan Israel berakhir tragis. Ada yang harus meregang nyawa. Penyiksaan bertubi-tubi dialami warga Palestina. Kondisi fisik, lebam di wajah dan sekujur tubuh hingga kehilangan sebagian anggota tubuhnya, bukan hal baru bagi warga Palestina yang menjadi daftar tahanan Israel.
Militer Israel rupanya ingin meniru perlakuan Brigade Al-Qassam terhadap para sanderanya. Anak-anak Palestina yang menjadi tawanan militer Israel diminta tersenyum di detik-detik pelepasan sandera momen kesepakatan gencatan senjata.
Namun, bukannya senyum, tapi tatapan mereka menunjukkan ketakutan. Bukti kebengisan tentara Israel telah mereka alami. Penyiksaan demi penyiksaan menjadi santapan harian mereka. Permintaan senyum, tak akan dapat mereka peroleh selain wajah ketakutan.
Ketika penyerbuan Rumah Sakit As-Syifa, militer Israel merekam bagaimana aksi kemanusiaan para tentara Israel dengan menyalurkan beragam bantuan. Bahkan, aksi kemanusiaan itu ditayangkan di layar kaca televisi Israel, sebagai bukti bahwa Israel benar-benar peduli terhadap urusan kemanusiaan.
Niatan mereka mengepung Rumah Sakit As-Syifa, fasilitas kesehatan terbesar yang terletak di kawasan Rimal Utara, Jalur Gaza, semata-mata mengejar pasukan Hamas, berikut sayap militernya. Penjajah Israel mengklaim bahwa Hamas menjadikan rumah sakit dan warga sipil sebagai perisai manusia.
Bahkan, militer Israel merekam video telah menemukan gudang senjata milik Hamas di Rumah Sakit As-Syifa. Padahal, senjata yang berada di lemari rumah sakit sengaja disimpan tentara Israel.
Distribusi bantuan kemanusiaan yang dirilis Israel, belakangan diketahui dari pengakuan dokter Rumah Sakit As-Syifa bahwa hanyalah air yang diambil dari bak penampungan rumah sakit itu.
Propaganda berlanjut. Kali ini, media internasional menyiarkan secara langsung aksi penangkapan pejuang Hamas. Pejuang Hamas yang ditangkap dilucuti pakaiannya dan ditutupi wajahnya.
Nahasnya, tak berselang lama masih di siaran langsung itu, justru terlihat seorang tentara Israel memakai kembali seragam militernya. Tentara Israel memerankan pejuang Hamas.
Cukup banyak video yang menggambarkan jurnalis dari berbagai media pro Israel menarasikan bahwa saat itu ia dalam keadaan diserang. Sembari berbaring di tanah untuk berlindung, reporter terus menarasikan kondisi lapangan. Nyatanya, di sekelilingnya terdapat warga yang dengan santainya mengayuh sepeda.
Daftar panjang narasi propaganda terus dilancarkan. Kebiadaban serangan brutal nan bengis menyasar pemukiman penduduk. Gedung-gedung luluhlantak seketika, korban bergelimpangan dari reruntuhan gedung akibat bom yang dijatuhkan pesawat udara Israel.
Meskipun menghajar warga sipil Jalur Gaza, tetap saja Israel menarasikan hanya menargetkan pasukan Hamas yang berlindung di gedung-gedung itu. Pemerintah Israel mengklaim, hanya dengan menghabisi Hamas hingga ke akarnya, negeri mereka aman dan tenteram.
Namun, fakta tetaplah fakta. Kebenaran tak bisa disenyapkan, ia akan tetap nampak ke permukaan. Walaupun ditutup rapat dan dibalut sedemikian rupa.
Kini, mata publik internasional terbuka lebar. Aksi genosida, benar-benar nyata. Akhlak yang menghiasi pejuang Palestina merambah menusuk hingga ke jantung. Ketaatan mereka menjalankan syariat, kekuatan iman para pejuang Hamas dan warga Palestina yang dengan tabahnya menghadapi kebrutalan agresi militer Israel, bagi publik internasional, bukanlah perkara mudah.
Terima kasih Hamas dan sayap militer lainnya, seperti Brigade Al-Qassam dan Brigade Al-Quds. Akhlak kalian membuka mata dunia. #Freepalestina