Israel Hadapi Krisis Internal & Tekanan Regional
JAKARTA, OKENESIA.COM- Hari ke-545 sejak dimulainya perang besar di Gaza menandai babak baru dalam ketegangan internal Israel dan peningkatan eskalasi di berbagai front, dari Tepi Barat hingga Lebanon, Suriah, dan Laut Merah.
Demikian informasi yang diterima Okenesia.com dari kanal Telegram akun Al Jazeera.net, Kamis (3/4/2025).
Militer Israel terus menggencarkan tekanan lapangan, mendorong gelombang pengungsian besar-besaran dari Rafah, Shujaiya, Beit Lahia, dan Beit Hanoun.
Dalam langkah yang kontroversial, Israel membangun “Koridor Morag” dengan tujuan memaksa kelompok perlawanan menyerahkan tawanan Israel, sebuah strategi yang dikonfirmasi oleh Kepala Staf dan Kepala Shabak.
Sementara itu, konflik membara di dalam negeri. Tentara dan aparat keamanan menuduh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu melanggar aturan militer dengan membocorkan rencana operasi untuk kepentingan politik pribadi.
Kritik tajam juga datang dari keluarga para tawanan Israel, yang menuntut kesepakatan pertukaran dan mengakhiri perang.
Proposal pertukaran yang diajukan perlawanan Palestina pada 27 Maret, yang mencakup pembebasan 5 tentara Israel dengan imbalan 2.250 tahanan Palestina, ditolak secara tidak langsung oleh Israel yang hanya menawarkan pembebasan 11 tawanan dan 16 jenazah.
Perlawanan menolak tawaran ini dan mempertanyakan keseriusan Israel dalam mencapai gencatan senjata yang adil.
Mahkamah Agung Israel dihadapkan pada lima kasus politik besar, termasuk pemecatan Kepala Shabak dan pengangkatan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir.
Penasihat hukum pemerintah bahkan mempertimbangkan untuk menyatakan Netanyahu tidak layak memimpin, langkah yang bisa memicu ledakan politik di dalam negeri.
Di wilayah Tepi Barat, operasi militer dan penangkapan besar-besaran terus berlanjut di tengah meningkatnya serangan pemukim terhadap warga Palestina.
Pernyataan Menteri Pertahanan Yoav Gallant yang menyebut pembakaran rumah warga Palestina “bukan tindakan terorisme” memicu kecaman luas.
Di utara, Israel terus menyerang wilayah Lebanon dan menargetkan Hizbullah. Di Suriah, militer Israel meningkatkan serangan ke wilayah selatan dan mengancam rezim Damaskus jika terus membiarkan Turki membangun pangkalan militer di wilayahnya.
Sementara itu, Houthi di Yaman memperketat blokade di Laut Merah dan mengancam akan menghentikan semua pelayaran jika agresi AS-Inggris tak dihentikan.
Serangan bom terhadap kendaraan para pemimpin Houthi menunjukkan adanya operasi intelijen tingkat tinggi, dan kelompok tersebut mengklaim telah menjatuhkan pesawat tempur canggih milik AS. (top/*)
