Pemda Banggai Kembangkan Teknologi Pegar di Pantai Kilo 5 Upaya Wujudkan Ekonomi Biru
BANGGAI, OKENESIA.COM- Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Banggai mulai mengembangkan teknologi pemecah gelombang ambang rendah (pegar) di kawasan pesisir Pantai Kilo 5, Kota Luwuk.
Langkah ini merupakan bagian dari implementasi ekonomi biru (blue economy) yang mengedepankan pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan.
Kepala BRIDA Banggai, Andi Nursyamsyi Amir kepada Okenesia.com, Selasa (17/6/2025) malam ini, menjelaskan bahwa pengembangan teknologi pegar ini merupakan tindak lanjut dari gagasan ekonomi biru yang telah disampaikan oleh Bupati Banggai, Ir. H. Amirudin, SP., MM., AIFO pada saat debat publik dimomen Pilkada Banggai 2024.
“Implementasi ekonomi biru itu yang disampaikan saat debat publik, inilah yang kini diwujudkan oleh BRIDA Banggai,” ujar Andi Nursyamsyi Amir.
Teknologi pegar dipilih karena dinilai sebagai solusi untuk mengatasi abrasi pantai yang semakin mengancam wilayah pesisir Kilo 5. Selain itu, wilayah ini memiliki potensi besar sebagai kawasan wisata, sehingga sangat penting untuk dilindungi dan dikembangkan secara berkelanjutan.
“Pegar ini bukan hanya sekadar pemecah gelombang, tapi juga merupakan langkah pengendalian ekosistem laut agar tetap lestari,” tambahnya.
Pemilihan lokasi di Pantai Kilo 5 juga didasarkan pada tekanan abrasi yang cukup tinggi di wilayah itu. Pengendalian gelombang dan sedimentasi akan diatur melalui desain teknologi pegar yang ramah lingkungan dan efisien.
Andi Nursyamsyi menguraikan konsep ekonomi biru sebagai pondasi pembangunan berkelanjutan. Yakni, pemanfaatan laut secara berkelanjutan.
Pertumbuhan ekonomi dari sektor kelautan seperti perikanan, wisata bahari, dan energi laut
Selanjutnya, pelestarian ekosistem laut seperti mangrove, terumbu karang, dan padang lamun
BRIDA Banggai melihat bahwa pengembangan teknologi pegar akan berdampak langsung pada aspek-aspek tersebut, terutama dalam meningkatkan potensi wisata Pantai Kilo 5 serta membuka peluang ekonomi masyarakat sekitar.
Andi Nursyamsyi Amir yang merupakan jebolan STPDN (sekarang berganti nama menjadi IPDN) ini menguraikan bahwa saat ini riset terkait pegar sudah masuk dalam tahapan seminar awal dan studi pendahuluan.
Pada Rabu (18/6/2025) besok, tim dari Pemda Banggai, BRIDA Banggai dan tim ahli dari Universitas Sulawesi Tenggara (Unsultra) akan melakukan survei lapangan terkait pola gelombang, arus, sedimentasi, serta kondisi ekosistem pantai.
“Pekan depan, tim ahli akan kembali turun untuk menentukan teknologi yang tepat untuk diimplementasikan. Ini termasuk desain struktur pegar, material yang digunakan serta teknologi,” jelasnya.
Melalui pengembangan teknologi inovatif ini, Pemkab Banggai berharap Pantai Kilo 5 dapat dikembalikan fungsinya sebagai objek wisata unggulan dengan dukungan ekosistem pesisir yang sehat dan lestari.
Inisiatif ini sekaligus menjadi wujud nyata komitmen pemerintah daerah dalam membangun daerah pesisir berbasis ekonomi biru. (top)