JAKARTA, OKENESIA.COM- Sejak diumumkannya gencatan senjata antara pasukan perlawanan Palestina dan Penjajah Israel, pihak perlawanan telah mematuhi semua ketentuan dalam tahap pertama perjanjian. Namun, sebaliknya, zionis Israel tidak mematuhi sebagian besar ketentuan perjanjian tersebut.
Perjanjian yang dilanggar itu adalah, penjajah Israel tidak menarik pasukannya dari koridor Philadelpiha di perbatasan dengan Mesir.
Penjajah Israel tidak memenuhi komitmennya untuk memasukkan tempat tinggal sementara (portabel) bagi warga yang kehilangan tempat tinggalnya.
Penjajah Israel tidak mengizinkan masuknya alat-alat untuk mengangkat puing-puing guna mengevakuasi para syuhada dari bawah reruntuhan dan membuka akses jalan.
Penjajah Israel tidak memasukkan tenda-tenda yang telah disepakati.
Sementara itu, faksi-faksi perlawanan Palestina tetap berkomitmen terhadap seluruh ketentuan perjanjian.
Setelah berakhirnya tahap pertama perjanjian, penjajah Israel mulai melanggar ketentuan perjanjian, yang mengindikasikan penarikannya dari kesepakatan.
Penjajah Israel menutup semua perlintasan yang digunakan untuk memasukkan bantuan ke Jalur Gaza.
Penjajah Israel memutus semua jalur listrik dan pasokan air yang masuk ke Jalur Gaza.
Jumlah korban syahid setelah diumumkannya gencatan senjata telah melebihi 190 jiwa. Jumlah ini belum ditambahkan dengan serangan brutal pada tanggal 18 Maret, kemarin yang merenggut ratusan nyawa warga Palestina.
Yayasan Pendidikan dan Studi Peradaban (YPSP) mencatat sejumlah insiden mengerikan yang telah dilakukan tentara Zionis Israel.
Yakni, pada pagi hari Senin, Penjajah Israel melancarkan serangan besar-besaran ke seluruh wilayah Jalur Gaza dengan menggunakan 100 pesawat tempur.
Penjajah Israel telah menyerang sejumlah besar rumah warga sebelum waktu sahur untuk berpuasa di bulan Ramadan.
Hingga saat ini, sebanyak 419 orang syahid, di mana 73 persen di antaranya adalah anak-anak dan perempuan, serta 528 warga lainnya terluka.
Direktur YPSP, DR. Ahed Abo Al Atta menyebut bahwa Amerika Serikat telah mendukung dan menyetujui agresi ini secara penuh.
Serangan ini terjadi setelah penutupan perbatasan dan larangan masuknya bahan makanan selama 18 hari.
Jalur Gaza sedang menghadapi bencana kemanusiaan di tengah kebijakan penjajahan, larangan masuknya bantuan, serta dimulainya agresi dan serangan yang terus berlanjut.
YPSP mengutuk agresi ini dan menuntut penjajah agar kembali pada kesepakatan gencatan senjata.
Menolak agresi brutal ini dengan segala cara yang memungkinkan.
Menyatakan solidaritas dengan rakyat Palestina.
Mendorong seluruh lembaga, organisasi, dan pemerintah untuk berdiri bersama pengorbanan rakyat Palestina di Jalur Gaza.
Mengungkap pelanggaran penjajah Israel melalui semua platform media sosial. (top)