Nestapa Wanita Jalur Gaza di Hari Perempuan Internasional

0

JAKARTA, OKENESIA.COM- Hari ini, Jumat (8/3/2024) diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional. Di hari yang istimewa bagi kaum Hawa ini, rupanya tidak berarti bagi wanita di Jalur Gaza, Palestina.

Di Jalur Gaza, bukanlah perang. Bagaimana mungkin disebut perang? Militer Israel membantai kalangan yang seharusnya dilindungi saat perang. Ini murni genosida. dunia hanya bisa menyaksikan kepedihan wanita Gaza. Mata mereka tertutup seolah tak ada kejadian apapun di sana.

Di Hari Perempuan Internasional ini, Juru Bicara Kantor Media Pemerintah Palestina, Ismail Abu Tsawabitha mengungakap, bahwa militer Israel telah membunuh 8.900 wanita Palestina selama perang genosida, melukai lebih dari 23.000 orang, menyebabkan 2.100 orang hilang, dan lebih dari setengah juta orang mengungsi.

“Pada tanggal delapan Maret, dunia merayakan Hari Perempuan Internasional, dan pada kesempatan global ini perempuan diberi penghargaan atas pencapaian dan perjuangan mereka, namun perempuan Palestina masih harus membayar mahal demi kebebasan dan martabat, karena hari internasional ini diperingati bagi perempuan Palestina, khususnya di Jalur Gaza, menjadi contoh nyata dengan mempermalukan perempuan, membunuh, menembak, menyiksa, memaksa pindah, dan tidak meninggikan status dan kehormatannya,” tutur Ismail Abu Tsawabitha, Jumat (8/3/2024) dalam siaran pers resmi.

Peristiwa global ini sebut Ismail, terjadi pada saat tentara pendudukan Israel membunuh perempuan Palestina dengan darah dingin dalam perang genosida yang dilancarkan oleh tentara Israel terhadap warga sipil, anak-anak, dan perempuan Palestina.

Pada saat yang sama, dunia berdiri sebagai penonton atas bencana ini dan pelanggaran serius terhadap perempuan Palestina tanpa bergerak sedikit pun.

“Hari ini kita berbicara tentang jumlah, ketika tentara pendudukan Israel membunuh 8.900 perempuan syuhada, melukai lebih dari 23.000 perempuan, dan menghancurkan ratusan rumah di atas kepala perempuan Palestina, dan di antara perempuan yang hilang tersebut terdapat lebih dari 2.100 perempuan Palestina yang masih berada di bawah reruntuhan atau masih belum diketahui nasibnya. Sebagai akibat dari perang Israel yang brutal ini, menyebabkan 60.000 wanita hamil menjalani kehidupan yang keras dan sangat sulit. Mereka tidak memiliki kebutuhan paling dasar untuk kesehatan dan perawatan medis, termasuk ratusan orang yang kehilangan anak, bayi baru lahir, atau janin di dalam rahim mereka akibat pemboman, ketakutan, dan pembunuhan Israel,” urai Ismail.

Peristiwa ini terjadi mengingat kehadiran lebih dari setengah juta perempuan Palestina yang terlantar di Jalur Gaza yang menjalani kehidupan yang sangat sulit. Mereka tidak dapat memperoleh hak-hak minimum, tidak dapat memperoleh makanan, dan kelaparan.

Mereka juga mencari makanan, obat-obatan, dan tempat berlindung, namun mereka tidak dapat menyediakan semua itu mengingat perang brutal ini, selain dari penangkapan puluhan wanita Palestina oleh pendudukan yang menjadi sasaran penyiksaan fisik dan psikologis, perlakuan buruk, dan penghinaan mengingat sikap diam internasional yang mengerikan.

“Perempuan Palestina sangat membutuhkan pembelaan hak-hak mereka dan seluruh kebutuhan hidup mereka, bukan untuk dibunuh, ditembak, ditangkap, dan dipaksa pindah dan mengungsi, seperti yang dilakukan tentara pendudukan terhadap mereka selama lebih dari lima bulan berturut-turut,” kata Ismail.

“Pada Hari Perempuan Internasional ini, kami menyampaikan salam dan salut atas ketabahan perempuan Palestina dalam situasi perang genosida yang dilakukan oleh pendudukan dan mengingat keadaan sulit yang mereka jalani, dan kami menghargai peran mereka dalam membangun masyarakat Palestina dan memperkuat keteguhannya,” puji Ismail.

Perempuan Palestina ungkap dia, selalu menjadi teladan dan simbol ketabahan dan keteguhan hati. Mereka ikut serta berdampingan dengan laki-laki dalam berbagai bidang kehidupan, dan melakukan pengorbanan yang besar demi mencapai hak-haknya dan hak-hak rakyat dan anak-anaknya.

“Mengingat apa yang dialami perempuan Palestina, kami meminta pertanggungjawaban pemerintah Amerika, komunitas internasional, dan semua organisasi internasional terkait. Kami menganggap mereka bertanggung jawab penuh atas perang genosida yang dilancarkan oleh pendudukan terhadap perempuan Palestina dan atas kondisi keras yang dipaksakan oleh pendudukan, yang mana dunia ikut serta dan pihak-pihak lain tetap diam mengenai bencana ini,” tegas Ismail.

Ismail juga menyerukan kepada semua negara di dunia bebas dan komunitas internasional untuk berupaya mengakhiri pendudukan Israel, sehingga perempuan Palestina dapat hidup bermartabat dan bebas.

“Kami juga menyerukan kepada mereka untuk menyelamatkan perempuan Palestina dari kejahatan yang terus berlanjut. Kejahatan terhadap perempuan Palestina, pembunuhan, penembakan, penangkapan, penghinaan, penyiksaan, dan memaksa mereka meninggalkan rumahnya, kotanya, dan lingkungannya,” seru Ismail. (top/**)

Comments
Loading...