Serangan Membabi Buta Militer Israel, Korban Warga Gaza Berjatuhan

0

JAKARTA, OKENESIA.COM– Sebuah malam yang sangat sulit dialami penduduk Palestina yang berada di Kota Gaza bagian utara dan wilayah utara Jalur Gaza. Bagaimana tidak, hingga Sabtu hari ini atau Jumat malam waktu Gaza, warga sipil Gaza terus mendapatkan penyerangan secara membabi-buta oleh pasukan militer Pendudukan Israel.

Pembantaian atau genosida yang dilakukan semalam di kota dan Jalur Gaza bagian utara bahkan lebih brutal, karena penembakan senjata dan artileri militer Israel dilakukan secara gila-gilaan itu berlangsung dalam 75 menit tanpa henti.

Ironisnya, tidak ada sarana komunikasi atau media yang dapat mengungkapkan apa yang sedang terjadi di sana. Jenazah para syuhada dikabarkan tergeletak di jalanan, sedangkan mereka yang mengalami luka-luka atas penyerangan itu tidak dapat mencapai rumah sakit yang tersisa, karena akses yang sulit.

Dalam laporan terkini yang diterima Okenesia.com, Sabtu (18/11/2023) siang, 4 orang syahid dalam serangan militer Israel yang menargetkan markas gerakan Fatah di Kamp Balata di kota Nablus. Kemudian, lusinan orang atau bahkan lebih yang terluka dalam pengeboman Sekolah Tal Al-Zaatar, yang menampung para pengungsi di Beit Lahia, utara Gaza.

Pesawat dan artileri militer Israel terus melakukan pemboman di sebelah barat proyek Beit Lahia di Jalur Gaza utara. Dilaporkan, lebih dari 25 martir dalam pembantaian yang dilakukan oleh pasukan pendudukan Israel tersebut.

Selain itu, militer Israel juga membom beberapa apartemen tempat tinggal di Kota Hamad, sebelah barat Khan Yunis.

Atas penyerangan yang menargetkan tiga apartemen tempat tinggal di salah satu menara di Kota Hamad di Khan Yunis, selatan Jalur Gaza itu, 26 martir dan 23 orang mengalami luka serius. Kemudian 19 orang syahid dan sejumlah besar korban luka, termasuk anak-anak.

Direktur Kompleks Medis As-Syifa, Dr. Muhammad Abu Salmiya mengatakan, warga Gaza yang menjadi korban penyerangan oleh pasukan militer pendudukan Israel kian memprihatinkan.

“Kami menjadi sasaran genosida dan ada martir setiap menitnya, dan gambarannya suram dan hanya ada mayat dan kematian, dan kami terus menguburkan mayat di kuburan yang kami gali di dalam rumah sakit. Tentara pendudukan menghalangi kami memasuki apotek pusat Kompleks As-Syifa, dan kondisi pasien semakin memburuk, karena ketidakmampuan menyediakan obat-obatan. Tentara pendudukan bergerak bebas di dalam rumah sakit, tanpa adanya perlawanan. Air dan makanan yang diperbolehkan masuk hanya cukup untuk 200 orang,” ucapnya.

Selain mengabarkan penanganan medis yang sulit dilakukan pada korban penyerangan, Dr. Muhammad Abu Salmiya juga mengungkapkan kekhawatirannya soal kondisi bayi-bayi prematur yang lahir di Jalur Gaza.

“Setiap hari yang berlalu bagi bayi prematur merupakan ancaman bagi kehidupan mereka, dan kami melakukan segala yang kami bisa untuk menjaga mereka tetap hidup,” katanya.

“Sangat disayangkan bahwa orang-orang yang terluka meninggal tanpa mendapatkan tempat untuk berobat, dan Pendudukan Israel mengabaikan permintaan kami untuk menyediakan bahan bakar dan mengevakuasi orang-orang yang terluka. Rumah sakit telah berubah menjadi penjara besar tempat orang-orang menjadi sasaran genosida, dan para pengungsi memenuhi jalan-jalan rumah sakit dan tersebar di lebih dari satu gedung. Kematian meningkat setiap hari karena ketidakmampuan kita menyelamatkan pasien, dan kematian pasien di depan mata dunia adalah kejahatan perang. Kami membutuhkan kebutuhan hidup dan jalan aman yang memungkinkan pasien keluar untuk berobat. Kami memberi tahu dunia bahwa organisasi internasional tidak memberikan apapun kepada kami. Pasukan pendudukan menyabotase peralatan vital di rumah sakit saat memasukinya, dan klaim Pendudukan Israel tentang keberadaan senjata di rumah sakit adalah murni rekayasa dan kebohongan. Semua yang memerlukan operasi di Rumah Sakit Indonesia akan meninggal. Seluruh Gaza dimusnahkan dan orang-orang sakit sekarat di dalam rumah mereka. Ini adalah kejahatan perang,” katanya.

Menurut Dr. Muhammad Abu Salmiya, pasukan militer Pendudukan Israel memang tidak ingin ada gambar yang muncul dari Gaza yang menunjukkan kejahatannya. Dan apa yang dilakukan oleh pasukan militer Pendudukan Israel adalah kejahatan perang yang belum pernah terjadi sebelumnya dan ini tidak boleh ditoleransi. (zul/**)

Comments
Loading...