Israel Sengaja Runtuhkan Sistem Kesehatan di Jalur Gaza

0

JAKARTA, OKENESIA.COM- Militer Israel dengan sengaja meruntuhkan seluruh sistem kesehatan di Jalur Gaza, Palestina sebagai bagian dari upaya perang genosida terhadap warga sipil.

“Seratus hari agresi brutal Israel di Jalur Gaza, di mana pendudukan dengan sengaja memusnahkan lingkungan pemukiman beserta keluarga mereka. Pendudukan Israel dengan sengaja meruntuhkan sistem kesehatan dan menghancurkan infrastrukturnya,” ungkap Juru Bicara Kementerian Kesehatan Palestina, dr. Ashraf Al-Qudra, Minggu (14/1/2024).

Kebiadaban tentara Israel selama perang ‘Badai Al-Aqsha’ 7 Oktober telah menewaskan 337 petugas kesehatan dan menangkap 99 lainnya dalam kondisi yang buruk.

Pendudukan Israel dengan sengaja menargetkan 150 institusi kesehatan, membuat 30 rumah sakit dan 53 pusat kesehatan tidak dapat beroperasi. Sebanyak 121 ambulans ikut dihancurkan.

Dalam sehari, Minggu kemarin, militer Israel melakukan 11 pembantaian terhadap keluarga di Jalur Gaza, mengakibatkan 125 orang syahid dan 265 orang luka-luka. Catatan korban itu yang hanya sampai ke rumah sakit selama 24 jam terakhir.

“Sejumlah korban masih berada di bawah reruntuhan dan di jalan, dan kru ambulans serta pertahanan sipil tidak dapat menjangkau mereka,” kata Ashraf.

Jumlah korban agresi Israel sebut Ashraf, telah meningkat menjadi 23.968 orang yang mati syahid dan 60.582 orang luka-luka sejak tanggal 7 Oktober lalu.

Dari jumlah korban itu, 70 persen korban agresi Israel adalah anak-anak dan perempuan.

“Pendudukan Israel melakukan lebih dari 2.000 pembantaian terhadap keluarga Palestina di Jalur Gaza,” ujar Ashraf.

Israel urai Ashraf, memaksa sekitar 2 juta warga Palestina di bawah aksi pengeboman dan penghancuran untuk mengungsi dalam kondisi yang keras dan bahaya kelaparan serta penyebaran penyakit dan epidemi.

“Setelah 100 hari berlalu sejak agresi, kami menyerukan lembaga-lembaga internasional untuk melakukan intervensi yang efektif dan terfokus untuk mencegah bencana kemanusiaan dan kesehatan di antara para pengungsi,” ujar dia.

Ashraf menilai, komunitas internasional tidak berhasil menyediakan koridor kemanusiaan yang aman yang memberikan menjamin aliran bantuan medis dan keluarnya korban luka dari pembatasan pendudukan Israel.

“Kami menyerukan kepada masyarakat dan negara-negara di dunia bebas untuk mengambil langkah-langkah yang efektif dan mampu menghentikan agresi. Kami menyerukan kepada pihak-pihak internasional untuk menyediakan mekanisme baru untuk memastikan masuk dan mengalirnya bantuan medis, tim medis, rumah sakit lapangan, dan pemberangkatan korban luka dan sakit untuk dirawat di luar negeri,” desak dr. Ashraf Al-Qudra. (top/**)

Comments
Loading...